Mohon tunggu...
Banyu
Banyu Mohon Tunggu... Seniman - Eksplorasi Rasa

Writing for happy ending

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Larung Harap ke Berlin

3 Maret 2021   12:23 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:47 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear Andy,
Sudah cukup lama aku tak mengetahui kabarmu, aku disini duduk menghadap langit senja sendirian. Hanya sayup angin laut dan gemerisik ranting pepohonan cemara di belakangku. Sore ini aku ingin menulis pesan ini disini. Ntah bagaimana hari ini aku tak bisa menahan lagi apa yang kurasa dalam hati ini. Jujur aku begitu meridukanmu Andy.


"Kamu menghilang kemana, mediamu sepi tak seperti beberapa bulan yang lalu"


Aku tahu aku orang asing bagimu, orang dari negeri yang mungkin belum pernah kau ketahui sekalipun. Meski demikian aku tak pernah luput dari berita tentangmu ataupun hiruk pikuk negerimu. Negeri nan elok di benua biru. Sungguh aku tak mengira engkau membalas sapa sederhanaku kala itu dengan kata-kata indah yang melipur pedih dari benakku.


Mungkin aku tidak logis mungkin aku konyol dengan suratku ini. Semalam aku bermimpi, kau datang menghampiriku menyapaku di simpang jalan sudut kota Berlin. Tak kusangka engkau begitu mempesona dalam wujud nyata, matamu jernih penuh dengan kehidupan, senyummu merona bagai pelita kala senja.


Kau mengajakku berkeliling kota sepanjang hari, menikmati senja di tepian sungai spree nan elok di sore hari. Bercengkrama bercerita sepanjang jalan. Kau menghidupkan bunga kehidupan yang sudah layu dalam diriku.  Kurasakan getaran kehidupan merasuk kembali dari sela-sela jari dan kulitmu saat kau genggam tanganku.


Malam telah larut, kerlip denyut kota Berlin nampak begitu semarak sekaligus beku. Kau mendekat padaku yang terpaku dengan pemandangan dari jendela apartemenmu itu. Perlahan kau merengkuhku, kurasakan getaran menelisik sekujur tubuhku. Tubuhku melemas perlahan, mataku terkatup, kusandarkan kepalaku pada dadamu.


Rasa ini begitu asing bagiku,air matapun mengalir deras dari mataku yang masih terkatup.
"It's okay"
Dan kau mengeratkan dekapanmu, akupun makin tenggelam. Mataku mungkin masih sembab oleh air mata, namun ketahuilah betapa tak terkira bahagiaku kala itu.
Aku harap bisa segera mengetahui kabarmu.

Clare, in egde of the world
------------
Setelah menyelesaikan tulisannya dibentuknya tulisan itu menjadi sebuah perahu kertas. Dilarungkanlah kapal kecil yang memuat perasaan dan doanya itu menyusur samudra hidup. Senjapun segera meredup, beranjaklah Clare besama sepedanya menyusuri belantara cemara menuju rumahnya di pedalaman sana. Dengan segenap harapan Andy akan segera mengabarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun