Masih teringat saat kemarin kulihat beberapa orang berdiskusi riang tak jauh dari tempat ku menunggu. Aku menunggu bus, yang akan mengantarkanku ke kota yang akan menjadi tempatku berkarya seterusnya. Aku sebentar-bentar melihat ke arah mereka. Mereka sangat asik dengan pembicaraan mereka.
Kadang sambil lalu kulihat hilir mudik kendaraan di depan sana. Namun suara mereka berempat masih terdengar olehku. Beberapa saat kemudian mereka duduk pula di kursi tunggu di dekatku. Salah seorang diantaranya malahan sangat dekat sampai-sampai lengan kami bersentuhan. Meskipun demikian dia merasa tidak terganggu dengan hal ini. Ia terus saja berbicara dan berkelakar dengan teman-temannya disampingnya.
Mereka membicarakan hal-hal sederhana saja, obrolan khas seperti kebanyakan di coffee shop. Sejujurnya ada canggung bagiku kala itu, namun entahlah disisi lain kurasakan suasana berbeda dari apa yang biasa kurasai dalam keseharian.
Kurasakan kehangatan, kehidupan dan aura positif di sampingnya. Aku hanya diam, sembari membaca buku yang kubawa dari rumah. Seolah tidak memedulikan apapun disekeliling. Meskipun sebenarnya telinga ini tak bisa acuh dengan pembicaraan dan kelakar mereka itu.
Sesaat kurasa seseorang disampingku melihat kepadaku, tak kupungkiri iapun nampak hangat dan ramah raut wajahnya. Ia hanya senyum sebentar melihat buku yang kubaca dan kembali berbicara dengan teman-temannya lagi. Tak berselang lama bus yang kutunggu sudah datang, akupun berkemas dan mempersiapkan diri.
Sebelum melangkah, pandanganku memohon untuk melihatnya sekali lagi. Ia masih asik bericara dengan temannya. Akupun melangkah menuju bus, memegang lenganku yang tadi merasakan hangat dirinya. Sembari merasakan kehidupan di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H