Saat diumumkan Gibran Rakabuming Raka sebagai Bacawapres dari Bacapres dari Prabowo Subianto dimana keputusan itu menuai banyak pro dan kontra. Dan salah satu yang disoroti bagi pasangan ini adalah usia yang dinyatakan satunya terlalu muda dan satunya sudah cukup maksimal untuk menjabat sebagai Presiden.
Namun dari segala pro dan kontra pada kenyataannya pasangan ini bisa mendaftarkan dalam pencalonan Pilpres 2024 ke KPU pada tanggal 25 Oktober 2023, langkah ini mulus karena adanya keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) dimana pernahnya Gibran menjadi Kepala Daerah, sehingga walaupun belum berusia 40 tahun, Gibran sudah dipastikan bisa menjadi bacawapres yang didukung koalisi Indonesia Maju.
Mengkesamping apa yang ada dalam intrik politik yang sulit ditebak dengan bermacam argumen dari masing-masing personil yang terlibat di dalamnya. Membahas chemistry antara dua generasi yang tepaut jauh ini sepertinya cukup menarik.
Mengelitik penasaran saat melihat bagaimana seorang Gibran berada di koalisi bapak-bapak yang berusia lebih tua bahkan diatas usia Ayah Gibran sendiri yaitu Presiden Joko Widodo. Tentu saja saat menjadi salah satu anggota sebuah tim yang berjuang dalam pemilihan nanti, Gibran dan Bapak Prabowo akan mengalami interaksi yang cukup banyak. Baik saat masa menentukan visi dan misi dan strategi pemenangan nantinya. Walaupun, pastinya ada tim yang akan membantu.
Namun, apakah chemistry antara generasi Baby Boomers yaitu Bapak Prabowo dengan generasi Milenial yaitu Gibran bisa selaras? Sedangkan perbedaan usia mereka terpaut 36 tahun. Sehingga menerka kira-kira apakah yang terjadi jika mereka menjadi sebuah tim?
Antara Prabowo Subianto dan Gibran hanya sebagai semulasi tim kerja yang berasal dari dua generasi. Tentunya pada dunia nyata akan banyak faktor yang dipengaruhinya.
Mengenal Karakteristik Generasi Baby Boomers
Generasi Baby Boomers lahir pada rentang tahun 1946-1964, dimana masa berakhirnya Perang Dunia II. Dan pada negara maju saat itu, tingkat kelahiran meningkat, sehingga dikatakan ledakan bayi baru lahir yang disebut isitilah generasi Baby Boomers.
 Generasi ini didik dengan kedisplinan sehingga menghasilkan generasi dengan mental yang kuat, memiliki loyalitas, tidak suka dikritik, berorientasi pada pencapaian dan cukup percaya diri. Karakteristik ini dibentuk karena keadaan ekonomi saat itu dan perkembangan teknologi yang terjadi.
Tentu saja, karakteristik ini di nilai secara umum dan bisa jadi berbeda untuk seorang individu.
Generasi Milenial Yang Diwakili Oleh Gibran
Generasi Y atau yang lebih banyak sering disebut sebagai generasi Milenial, mereka lahir antara 1981-1996, yang saat ini usia mereka dengan dalam usia produktif, antara 30 sd 40 tahunan.
Generasi Milenial hidup dengan aktivitas tanpa gadget dimana bermain dengan kreatifitas mereka yang tidak asing main benteng, lari-lari, layangan, sahabat pena dengan surat menyurat dan gerobak sodor tapi generasi ini juga tidak gagap dengan adanya gadget. Tahu game tetris, pager, email, media sosial dan pernah tahu telegram (pesan-pesan lewat telegraf).
Generasi ini mudah menyesuaikan perkembangan teknologi tanpa bersusah payah karena usia mereka pas untuk belajar hal yang baru. Mereka memiliki pemikiran terbuka. Namun, sering mengalami gap antara generasi yang diatasnya. Karena cenderung lebih santai dan kadang mudah meninggalkan hal-hal yang tidak menyenangkan dengan mudah.
Menyingkronkan Antara Baby Boomers dan Milenial Di Tempat Kerja
Karakeristik yang berbeda dan rentang usia yang sangat jauh antara kedua generasi tersebut, bahkan ada satu generasi diantara mereka yaitu generasi X. Kalau diurutkan penggolongan generasi yaitu dimulai dari Baby Boomers, Generasi X, Generasi Milenial (Y) dan Generasi Z.
Sudah pasti ada rentang jarak yang harus dipahami dan dicari solusinya, agar satu sama lain bisa memberikan kontibusi sesuai dengan kapasitasnya dan mengerti bagaimana menempatkan sikap saat satu sama lainnya sedang dalam bekerja sama.
Betapa banyak didunia kerja, keluhan dari generasi Baby Boomers terhadap Milenial yang terkesan santai dan pemikiran yang out of the box. Juga rasa tidak nyaman seorang Milenial yang merasa tidak dipercayai. Berbaurnya generasi dalam sebuah tim adalah hal yang biasa, termasuk masalah yang ditimbulkannya juga hal yang biasa.
Prabowo Subianto dan Gibran hanyalah salah satu contohnya. Dimana sepanjang sejarah kemungkinan ini adalah calon Pasangan Presiden dengan rentang usia berbeda sangat jauh yaitu 36 tahun.
Lantas bagaimana menyinkronkan keadaan gap usia dengan karakteristiknya ini? Agar mereka tetap bisa berjalan bekerja sama dengan solid.
1. Menghargai Perbedaan
Masing-masing generasi harus menyadari bahwa dari mereka sudah ada perbedaan. Di mulai dari latar belakang kehidupan, apa yang mereka hadapi dan pelajari. Saat saling menyadari perbedaan, maka harus adanya sikap penghargaan dan menyadari bahwa memang akan ada persepsi yang tidak selaras timbul diantara mereka. Keadaan ini tidak bisa dihindari tapi bisa dikurangi akibatnya.
2. Membangun Komunikasi Yang Efektif
Tetapkan cara komunikasi yang nyaman diantara mereka. Mungkin seorang generasi Milenial membutuhkan perantara gadget atau diberikan pemahaman dengan argumen valid saat berdiskusi. Atau juga melenial lebih mampu untuk memahami pembicaraan antara face to face adalah komunikasi yang masih harus dilakukan. Temukan cara komunikasi yang tepat agar tujuan sebuah tim dalam bekerja sama dapat dicapai.
3. Menghargai Pengalaman
Tentu saja dalam segi usia, generasi Baby Boomers ini memiliki pengalaman yang cukup banyak. Dengan sudah mengalami hidup beberapa dekade. Hal ini yang harus juga dipahami generasi Milenial sebagai partner kerja. Ada hal yang tidak diketahui mereka sebelumnya.
Namun, belum tentu juga pengalaman yang dialami menjadi serta merta bahwa apa yang ditetapkan oleh generasi Baby Boomers ini selalu benar, ada pemikiran dari milenial yang bisa jadi sebagai antisipasi apa saja yang akan terjadi di masa depan. Karena generasi Milenial mengalami masa bisa menyesuaikan antara hidup dengan gadget dan tanpa gadget.
Dari masing-masing kelebihan dan kekurangan ini, rasanya saling menghargai dan terbuka satu sama lain akan membuat impact baik terhadap proses kerja mereka.
4. Menghargai Gaya Kerja
Jangankan beda generasi, berbeda kepala dalam sebuah tim kerja baik di perusahaan atau kelompok, akan ada perbedaan gaya kerja. Maka ada perlunya mempelajari gaya kerja masing-masing. Ada yang santai sebenarnya berpikir, ada yang cemasan karena memang mengatisipasi hal ke depan.
Pelajari masing-masing gaya kerja dan liat output dari target yang telah ditentukan.
Berbaurnya beberbagai generasi pada sebuah perusahaan, khususnya perusahaan dengan usia yang cukup lama adalah hal yang wajar. Biasanya komposisi dari beberapa generasi itu yang akan membuat budaya kerja yang terjadi. Generasi mana yang lebih mayoritas akan mendominasi membentuk gaya kerja yang menjelma menjadi budaya kerja.
Beda generasi bukan berarti tidak bisa selaras. Hanya saja memang butuh sedikit usaha agar chemistrynya lebih bisa dibangun dengan siapapun kita bekerja. Nyaman dan menghasilkan sesuatu yang baik.
Kalau menerka apa yang terjadi antara chemistry antara pak Prabowo dan Gibran, apalagi yang harus dipikirkan adalah urusan besar negara. Berawal dari apa saja visi dan misi mereka yang ditetapkan dan kemampuan menjelaskan bagaimana visi dan misi itu bisa diwujudkan.
Melatih mental di lapangan menghadapi hal-hal yang mungkin diluar perkiraan. Mari menanti, menilai dan memahami bagaimana semua pasangan di Pilpres ini menghadirkan chemistrynya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H