Mohon tunggu...
Budi Santoso
Budi Santoso Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sesumbar Edy Rahmayadi di Pilkada Sumut

26 Januari 2018   13:07 Diperbarui: 26 Januari 2018   13:22 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sombong atau tinggi hati merupakan salah satu sifat yang tercela manusia. Sejak kecil kita selalu dididik oleh orang tua untuk menghindari itu.

Namun dalam dunia politik saat ini, apalagi menjelang kontestasi Pilkada seperti sekarang, perang urat syaraf menjadi begitu masif di media sosial. Taktik sesumbar dengan menyombongkan diri seringkali digunakan calon kepala daerah untuk mengkerdilkan semangat lawan.

Padahal, kita tahu bahwa sepanjang sejarah umat manusia banyak kekuasaan yang jatuh tersungkur justru karena kesombongan itu sendiri.  

Kesan sombong itulah yang kita lihat dari pernyataan calon Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi. Entah apa motifnya, namun apa yang disampaikannya menunjukkan sesumbar tinggi hati dirinya.

Edy Rahmayadi begitu percaya diri untuk memenangkan pertarungan politik di Pilgub Juni mendatang. Dukungan enam partai dalam Pilgub Sumut kali ini juga membuatnya berada di atas angin.

"Kalau dihitung pakai matematik, apapun dalilnya, harusnya KPU sudah melantik saya jadi gubernur. Tapi ternyata harus menunggu sampai tanggal 27 Juni nanti, waktu pemilihan," ungkap Edy dengan sombong itu.

Sikap sombong dan tinggi hati Edy Rahmayadi di atas bisa berbahaya untuk dirinya sendiri. Karena bisa saja apa yang sudah direncanakannya meleset seiring dengan sifatnya tersebut.

Apalagi ia membanggakan dukungan partai politik di pihaknya. Banyak kejadian dalam kontestasi seorang calon yang didukung oleh banyak partai politik justru kalah.

Kemenangan kepala daerah bisa mungkin terwujud, bila calon tersebut memiliki sifat dan karakter yang sederhana, merakyat dan dekat dengan rakyat. Kontribusi positifnya pada sesama manusia begitu dirasakan oleh sekitarnya. Itulah pemimpin sejati yang diharapkan rakyat.

Bukan calon yang hanya mengandalkan dukungan parpol, yang kita tahu sendiri, ternyata bisa dibeli saat ini. Itu tak bisa menjadi jaminan. Rakyat sudah cerdas, dan dia akan memilih yang sesuai dengan kepentingannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun