Berkembangnya perangkat telepon cerdas, harusnya diikuti juga oleh otak yang cerdas. Itu sepertinya harus menjadi kredo di tengah perkembangan pesat teknologi informasi saat ini, terutama terkait dengan penggunaan media sosial.
Saat ini banyak akun media sosial yang sudah melenceng dari tujuan awalnya yaitu untuk menyambungkan antar orang, memperkuat silaturahmi, menguatkan persaudaraan, dan menyebarkan semangat positif. Akun-akun media sosial ini justru digunakan untuk propaganda politik yang bernada anti-intelektualitas, berisi informasi hoax, menyebarkan kebencian, dan bersifat diskriminatif.
Salah satunya bila kita mengunjungi Instagram (IG), maka anda akan menemukan akun seperti @gapura98. Kriteria yang disebutkan secara negatif di atas, melekat sebagai ciri dari akun tersebut.
Akun IG @gapura98 dalam faktanya lebih banyak menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten kebencian dan diskriminatif. Sebagian konten akun tersebut merupakan penyudutan terhadap pemerintahan yang sah saat ini. Dengan demikian, secara langsung atau tidak langsung akun ini berpotensi untuk memecah belah bangsa.
Misalnya, terkait postingannya yang secara tidak langsung menyinggung kedudukan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Dalam postingan itu digambarkan bahwa sebenarnya bukan Jokowi yang menjadi Presiden, melainkan Luhut Binsar Panjaitan. Jokowi hanyalah orang suruhan saja.
Hal di atas tentu bukanlah informasi yang positif. Kalaupun sebuah kritik itu juga tidak masuk dalam hitungan logika dan etika. Informasi yang ingin disampaikan oleh akun @gapura98 Â lebih bersifat sebagai ujaran kebencian dan fitnah saja.
Kita harus paham bahwa munculnya akun-akun seperti itu berkaitan dengan kepentingan politik tertentu. Mereka adalah bagian dari kerja-kerja politik yang terstruktur dan memiliki agenda politik yang jelas. Untuk itu kita harus kritis dalam melihat informasi yang disajikannya.
Kita sebagai warganet yang cerdas sebaiknya tidak perlu terprovokasi atas isu murahan seperti itu. Kita pasti bisa memilih informasi yang positif dan benar untuk disebarkan kembali. Bukan informasi yang mengandung ujaran kebencian, hoax dan fitnah seperti di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H