Salah satu tren yang sedang hangat di sosial media kita saat ini, khususnya Twitter, adalah melakukan polling opini dari pengguna atau netizen. Dengan adanya tambahan fitur tersebut, tiap orang kini bisa mengadakan polling atas isu tertentu di Twitter. Â
Namun, harus disadari bahwa polling seperti di atas bukanlah aktivitas penelitian ilmiah. Polling seperti di Twitter tidak dapat dijadikan referensi karena tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, seperti terukur, representatif, kredibel, dan sumber terpercaya.
Selain itu, polling di Twitter ini juga memiliki banyak batasan, seperti hanya menjangkau mereka yang memiliki akun sosial media saja. Ia tidak representatif yang bisa menggambarkan kenyataan sosial di dunia nyata. Â
Kemudian, polling di Twitter juga tidak dapat dipastikan bahwa jumlah responden yang ada sesuai dengan jumlah suara yang diberikan. Jadi tiap orang bisa saja memberikan suara berkali-kali. Hal ini tentu bisa menjadi bias, sehingga hasilnya tidak perlu dipercaya.
Dalam penelitian ilmiah, khususnya survey, opini publik bisa terukur karena ada penghitungan populasi, sampel, margin of error, dan tingkat kepercayaan. Selain itu juga dilakukan dengan kontrol yang ketat. Sehingga, hasilnya dapat terpercaya dan bisa dijadikan rujukan ilmiah.
Di dunia maya saat ini, tak dapat dipungkiri kalau terdapat pihak-pihak yang memiliki banyak akun palsu dan dikelola oleh pihak oposisi pemerintah, seperti @MbahUyok, @Henao212 dan @Gemacan70. Jika mereka melakukan polling dapat dipastikan bahwa itu akan sangat bias sesuai dengan kepentingan mereka. Â Misalnya survey yang dibuat oleh @dapitdong yang diketahui sebagai akun oposisi.
Hal itu karena umumnya pengikut (followers) mereka juga dari kalangan yang sama. Sehingga bila muncul hasil yang negatif, misal terhadap kinerja pemerintah, itu bukan ukuran dari kenyataan yang aktual.
Bila masyarakat ingin mengetahui opini publik terhadap kinerja pemerintahan, sebaiknya memperhatikan polling ilmiah yang dirilis oleh lembaga yang memang membidangi survey kepuasan publik, misalnya CSIS, Indikator Politik, SMRC, dan lainnya. Hasil penelitian mereka lebih teruji dan dapat terpercaya.
Misalnya, Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan bahwa 68.3 persen masyarakat puas terhadap kinerja Presiden Joko Widodo. Kemudian, CSIS juga menunjukan jika tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Jokowi terus naik dalam tiga tahun. Terakhir, tingkat kepuasan masyarakat berada di angka 68,3 persen di tahun 2017. Selain itu, Saiful Mujani Research Center (SRMC) juga merilis data bahwa 61 persen masyarakat puas atas kinerja Pemerintahan Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H