Minggu dinihari pukul 01.00 Waktu Arab Saudi, 24 April 2011, aku menginjakkan kaki di Kota Mekkah setelah sebelumnya melakukan perjalanan panjang selama 6 jam dari Madinah untuk melaksanakan Umroh. Jantungku semakin berdetak kencang. Hati pun semakin tak karuan untuk segera mungkin dapat melihat Baitullah. Makanya setelah check in di Hotel Rehab Al Rawdah dan menyimpan barang di kamar, saya bersama rombongan segera menuju Masjidil Haram yang berjarak sekitar 700 meteran dari hotel. Pagi dinihari itu terlihat begitu banyak orang yang menuju masjid yang agung dan megah itu. Ada yang sendiri, sekeluarga, serombongan kecil, bahkan ada yang dalam jumlah yang sangat banyak. Sambil terus mengucapkan talbiyah, saya bersama rombongan Umroh menuju Masjidil Haram. Saya melihat mereka yang datang ke Masjidil Haram terlihat sangat antusias. Begitu juga dengan rombongan. Sering kali mereka menanyakan tentang apa dan mengapa mengenai umrah, Masjidil Haram dan juga tentu bersama ka’bahnya kepada saya. Walaupun ini merupakan Umroh pertama saya, namun saya mencoba menjawab apa yang saya ketahui. Semakin dekat semakin takjub melihat keajaiban Masjidil Haram ini, selain nilai sejarah dan ibadahnya, juga nilai seni bangunannya. Saya bersama rombongan memasuki masjid melalui pintu King Fahd. Tak lupa saya bersama rombongan membaca do’a masuk masjid. Setelah melihat-lihat sambil mengingat pintu masuk, kami langsung menuju Ka’bah. Subhanallah, Masya Allah, Allahu Akbar…diriku bersama rombongan tercengang beberapa saat melihat Ka’bah di depan mataku persis. Berdiri kokoh bersama Hajar Aswad sejak ribuan tahun lalu. Selalu dirindukan, didatangi, dan dikelilingi oleh orang-orang dari seluruh penjuru dunia mengharap ampunan dan keridhoanNya. Tujuan dan impian kaum muslimin karena banyak kebaikan dan pahala yang bisa diraih disini sebagaimana yang datang dari lisan nabi yang mulia, Muhammad SAW. Serasa tidak percaya, apakah saya benar-benar berada dan melihat secara langsung Ka’bah, arah kiblat seluruh kaum muslimin. Karena, selama ini saya hanya bisa melihat dari TV, poster, lukisan, gambar atau hanya tahu dari cerita orang-orang yang pernah datang ke Mekkah untuk menunaikan Haji dan Umroh. Dan ternyata memang nyatanya saya berada tanah suci ini, di depan Ka’bah. Selagi melihat keagungan Ka’bah dengan membaca doa, tak terasa airmata menetes menyukuri nikmat yang diberikan kepadaku dan rombongan. “Labaik allahumma labaik, labaik laa syarikalak, innal hamda, wani’mata laka wal mulk, la syarikalak”. Semoga Allah SWT memperkenankan aku kembali melihat dan beribadah di depan Ka’bah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI