Mohon tunggu...
Cep Agung Salse
Cep Agung Salse Mohon Tunggu... -

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog Imam Abu Hanifah

11 Agustus 2010   10:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sekedar sharing teman-teman mudah2an bermanfaat

Imam Abu Hanifah(Imam mazhab Hanafi) pernah bercerita : "Ada seorang ilmuwan besar dari bangsa Romawi, tapi ia kafir. Ulama-ulama Islam membiarkannya saja, kecuali seorang, yaitu Hammad guru Abu Hanifah, oleh karena itu dia segan bila bertemu dengannya.

Pada suatu hari, ketika manusia berkumpul di masjid, orang kafir itu naik mimbar dan mau mengadakan tukar pikiran dengan siapa saja, dia hendak menyerang ulama-ulama Islam. Di antara basrisan jama'ah di masjid berdirilah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah, dan ketika sudah berada dekat depan mimbar, dia berkata :

"Inilah saya, hendak tukar pikiran dengan tuan". Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena mudanya. Namun dia pun angkat bicara :

"Silahkan ungkapkan pendapat tuan!".

Ilmuwan nonmuslim itu heran akan keberanian Abu Hanifah, lalu bertanya :"Masuk akalkah bila dikatakan bahwa ada pertama yang tidak apa-apanya sebelumnya?". "Benar, tahukah tuan tentang hitungan?", tanya Abu Hanifah.

"Ya".

"Angka berpakah sebelum angka satu?".

"Ia adalah pertama, dan yang paling pertama. Tak ada angka lain sebelum angka satu", jawab sang ilmuwan.

"Demikian pula Allah Swt".

"Di mana Dia sekarang? Sesuatu yang ada mesti ada tempatnya", tanya ilmuan nonmuslim tersebut.

"Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?".

"Ya".

"Adakah di dalam susu itu keju?".

"Ya".

"Di mana, di sebelah mana tempatnya keju itu sekarang?", tanya Abu Hanifah.

"Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu!", jawab ilmuwan kafir itu.

"Begitu pulalah Allah, tidak bertempat dan tidak ditempatkan", jelas Abu Hanifah. "Ke arah manakah Allah sekarang menghadap? Sebab segala sesuatu pasti punya arah?", tanya orang kafir itu.

"Jika tuan menyalakan lampu, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?", tanya Abu Hanifah.

"Sinarnya menghadap ke semua arah".

"Begitu pulalah Allah Pencipta langit dan bumi".

"Ya! Apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?".

"Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan nonmuslim itu turun dari mimbar, dan Abu Hanifah naik di atas.

"Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?".

Ilmuwannonmuslim mengangguk.

"Pekerjaan-Nya sekarang, ialah bahwa apabila ada seorang kafir seperti tuan sedang berdiri di atas mimbar, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mu`min sedang berdiri di atas lantai, seketika itu juga Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu". Para hadirin puas dan begitu pula ilmuwan nonmuslim itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun