Mohon tunggu...
Ceppy Febrinika Bachtiar
Ceppy Febrinika Bachtiar Mohon Tunggu... profesional -

Sepeda, film, politik, budaya, musik, dan fotografi.. \r\nContact: ceppyfebrinikabachtiar@yahoo.co.id/ceppy.bachtiar@beritasatumedia.com. Twitter: @ceppyfbachtiar\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Idris Sardi: Sakit, Tetap Berkarya!

26 September 2012   05:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_201110" align="aligncenter" width="600" caption="cekricek.co"][/caption]

Alat musik biola tak bisa lepas dari Idris Sardi. Sepanjang 61 tahun berkarir di dunia musik, violis ini piawai menciptakan repertoar-repertoar terbaik. Maestro biola ini tetap bertenaga menggesek alat itu di tengah usia senja, 74 tahun. Idris sadar betul, memainkan biola butuh tenaga ekstra, apa lagi dalam pertunjukan panjang selama sekian jam. Namun, Idris masih tetap bertenaga menggesek setiap nada-nada indah. Dengan gaya sederhana dan rendah hati, Idris tak ingin mengecewakan penonton, termasuk pada konser Tembang Harmoni di JIEXPO Kemayoran, pada 11 September lalu. Ia selalu ingin tampil sempurna, meski pergelangan tangan kirinya malam itu tengah nyeri sakit. Saat dijumpai usai konser tersebut, semangat Idris masih tetap menyala. Meski bicaranya agak sedikit terbata-bata, ingatan dan pendengarannya masih cukup tajam berbincang dengan saya. Tak seperti menyimpan keluhan. "Saat tampil tadi, tangan sakit," ujar Idris Sardi, sembari menunjukkan pergelangan tangan kirinya. Tak Mengeluh Meski tengah kesakitan, nyeri tersebut berangsur mereda, karena Idris berhasil menampilkan hasil terbaik di hadapan penonton. "Alhamdulillah, ujian dari Allah. Penyakit osteoarthritis nyeri di tangan kiri saya bisa teratasi dan tak terasa saat di panggung," ujar Idris, saat kembali dihubungi, Jumat (14/9) sore. Apa yang membuat Idris tegar dan kuat di panggung? Rupanya, pria kelahiran Jakarta, 7 Juni 1938 ini selalu bermain dengan hati, hingga setiap tampil tak pernah ada hambatan. Malam itu, ia tampil dengan biola andalannya di lagu Kuyakin Sampai di Sana ciptaan presiden SBY. Lagu tersebut ikut dibawakan oleh penyanyi Rio Febrian dan Linda Sitinjak. Ia juga satu panggung dengan bersama pianis Yockie Suryo Prayogo. Diketahui, gejala osteoarthritis yang ia derita selama satu tahun merupakan penyakit radang sendi atau perapuhan tulang. Penyakit ini sering mendera pergelangan tangan selama beraktivitas. Selama puluhan tahun main biola, tangan Idris kerap digunakan untuk memainkan nada-nada tinggi, sekaligus merupakan kelebihan Idris. Pastinya, penggunaan power jari-jari tangan sangat esktra. Termasuk teknik dengan tangan kanan ke atas. Meski begitu, Idris tak banyak menunjukkan keluhan, terutama pada dalam keluarga. Beragam Prestasi Putri sulungnya, Santi Sardi, ikut merasakan semangat dan militansi sang ayah. "Bapak orang yang tidak terus mengeluh. Kami sekeluarga saling menguatkan," ucap Santi Sardi, lewat pesan singkat, Jumat (14/9) sore. Santi menambahkan, sang ayah mampu bertahan dari penyakit lantaran tingginya semangat hidup. Di tengah masa pemulihan, lanjutnya, Idris hanya minum obat dan rutin fisioterapi. Sejak usia lima tahun, Idris Sardi telah menekuni musik klasik. Usia tujuh tahun, ia baru diajari sang ayah main biola. Setelah besar, Idris belajar di Akademi Musik Indonesia pada tahun 1950-1955. Bahkan saat usia 15 tahun, ia sudah menjadi solis dan konser master termuda di Orkes Studio Djakarta. Mulai 1953, dia kerap tampil rutin di istana dalam acara kenegaraan. Idris pernah mendapat piala citra untuk Penata Musik Terbaik dalam film-film seperti Pengantin Remaja (1971), Perkawinan (1973), Cinta Pertama (1974), Doea Tanda Mata (1985). "Konser adalah kebutuhan lahir batin serta jembatan tutur rasa dari hati nurani pada Indonesia. Sekaligus syukur kepada Tuhan yang telah memberi ridho selama saya berdedikasi di musik," tutup Idris. Idris Sardi merupakan bukti, di tengah tergerus jaman dan usia, dedikasi pada musik Indonesia masih tersemat idealisme. Terutama ikon sebagai violis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun