Dalam beberapa hari terakhir ini di layar televisi kita bisa menyaksikan sebuah tayangan iklan baru dari produsen satu merek rokok, berjudul "My Great Adventure Indonesia". Sebuah tayangan iklan yang menggambarkan petualangan tiga orang laki-laki di beberapa daerah Indonesia. Sebagaimana iklan-iklan sebelumnya dari produsen rokok tersebut, kali ini pun bertema adventure/petualangan, namun yang membedakan adalah lokasi petualangannya, yaitu alam Indonesia. Dimulai dari Sumatera, Way Kambas, lalu Rinjani di Lombok, dilanjutkan ke Raja Ampat Papua, kembali ke arah barat ke Kuta Bali, dan terakhir adalah Krakatau di Selat Sunda. Diberikan dalam film iklan tersebut keterangan berupa subtitel, waktu hari keberapa dan lokasinya. Butuh sekitar 1 bulan untuk bertualang ke lokasi-lokasi tersebut. (Bagi anda yang belum pernah menyaksikannya, silakan simak iklan tersebut dengan meng-klik tautan ini: http://www.youtube.com/watch?v=KYl2MIfaJ2k) Di iklan yang judulnya menggunakan kata "Indonesia" ini, alam Indonesia diperlihatkan kekayaannya, keindahan dan keelokannya, serta tantangannya sebagai objek petualangan. Gunung-gunung, bukit, tebing, air terjun, hutan, sawah, padang rumput, danau, pantai, laut, pulau dan bentang alam lainnya yang dijadikan lokasi petualangan terlihat luar biasa indahnya, menawan, eksotis dan menimbulkan keinginan dalam diri kita untuk datang dan melihat langsung ke lokasi tersebut. Benar-benar cantik negeriku! Kita yang melihat tayangan iklan tersebut bisa langsung jatuh hati. Mungkin juga bulu kuduk kita merinding dan setengah tidak percaya, benarkah lokasi-lokasi dalam tayangan tersebut berada di Indonesia. Terlepas dari kondisi nyata lokasinya benar-benar indah atau karena hanya pengaruh efek teknologi film, si pembuat film iklan telah berhasil menimbulkan kesan yang amat baik mengenai alam Indonesia, lewat produk audio visual berdurasi sekitar 2 menit ini. Dengan kreativitas seni yang tinggi, si pembuat terlihat mengerjakan tayangan ini secara apik dan sangat serius. Aspek-aspek yang dibutuhkan sebuah film dengan tata gambar yang baik semuanya diperhatikan. Mulai dari sudut dan teknik pengambilan gambar, komposisi objek, warna dan pencahayaan, keragaman lokasi dan objek yang diambil, segi artistik dan lain-lain, membuat film iklan yang dihasilkan terlihat keren dan berkelas! Satu hal lagi yang mendukung, backsound pengiring, dengan musik bernuansa artistik dan etnik yang mempesona (saya jadi ingat lagu dan musiknya Enya), mempengaruhi kuat impresi orang yang menyaksikannya. Terlepas dari bahwa iklan ini dibuat oleh produsen rokok, rokok yang merupakan racun pembunuh, saya angkat jempol bagi pembuat film iklan ini, agensi iklan dan pemilik produk, yang telah membuat iklan yang tidak semata-mata mempromosikan produk namun juga membuat karya seni yang bisa dinikmati, serta secara tidak langsung turut mengangkat citra Indonesia sebagai negara yang memiliki alam indah. Citra yang dibutuhkan bagi pengembangan pariwisata di negara kita. Di sisi lain, setelah beberapa kali menyaksikan tayangan iklan ini, saya mendapatkan beberapa hal yang perlu dicatat dan saya kritik menyangkut cerita dan logika di dalamnya: - Dari urutan lokasi dan waktu berdasarkan subtitel yang ada di tayangan, terdapat kejanggalan yang membuat kita yang cukup mengenal geografi tanah air bisa mengerenyitkan dahi. Pertama, hari ke-2 petualangan itu berada di Sumatera, sementara hari ke-5-nya adalah di Way Kambas. Hehehe...apakah Way Kambas berada di pulau yang berbeda, sehingga harus disebutkan terpisah? Kedua, urutan lokasi pun cukup aneh. Dimulai dari Sumatera dan Way Kambas (katanya), terus loncat ke Gunung Rinjani di Lombok. Setelah itu petualangan dilanjutkan ke Raja Ampat Papua...Namun sesudahnya ketiga pemuda petualang balik arah lagi ke Kuta Bali dan selanjutnya Krakatau. Wah, nggak salah tuh urutan lokasinya? Kenapa tidak dari Way Kambas langsung ke Selat Sunda Krakatau? Aneh dan tidak logis bukan? - Pada saat penggambaran alam Sumatera, sempat ditampilkan sebuah pegunungan yang di atasnya terdapat salju. Lho, kok? Sejak kapan di Sumatera ada pegunungan salju? Kalaupun ada di Indonesia, pegunungan salju hanya ada di Papua, tepatnya di pegunungan Jayawijaya. Pada saat di Raja Ampat pun...yang terkenal dengan terumbu karang dengan keragaman hayati terkaya di dunia, tergambarkan para pemuda itu di tengah-tengah pesawahan. Sawah di daerah perairan Raja Ampat? Sepertinya salah deh ilustrasinya! Sawah itu lebih tepat digambarkan pada saat petualangan di Sumatera, atau di Bali! Ada lagi. Di Way Kambas, ketika ketiga pemuda berada di atas mobil jip setelah  bermain-main dengan sekawanan gajah, tiba-tiba muncul sekelompok orang dengan pakaian khas Papua. Wah, wah, wah...orang Papua ada di Lampung! Benar-benar tidak masuk akal! Kacau deh urutan gambar di film iklan ini! Film iklan ini sungguh menarik dan keren cerita maupun gambarnya, namun dengan adanya kesalahan maupun kejanggalan yang saya sebutkan tadi, nilainya menjadi berkurang. Juga secara ilmiah menjadi sedikit dipertanyakan. Dengan menyandang kata "Indonesia" pada judulnya, orang luar negeri akan memperhatikan benar-benar seperti apa Indonesia di film iklan ini. Mereka akan bisa tertarik dengan Indonesia karena gambar-gambar di iklan ini, namun bisa juga mereka justru mempertanyakannya. Apakah benar di Sumatera ada gunung bersalju? Apakah di Way Kambas ada warga yang berfisik dan berpakaian seperti orang Papua? Atau apakah ada sawah di pulau-pulau kawasan perairan Raja Ampat? Jika kita tidak bisa menjawab pertanyaan itu, akan hilang rasa percaya orang luar terhadap apa yang ditampilkan. "Akh...paling-paling yang lain juga cuma rekayasa teknologi film saja! Indonesia tidak seindah yang digambarkan film ini!", mungkin seperti itu yang akan mereka ungkapkan. Apakah kesalahan dan kekurangtelitian ini disebabkan oleh karena agensi dan atau pembuat film iklan bukan dari dalam negeri, sehingga mereka kurang begitu paham geografis dan demografis Indonesia? Apakah mereka hanya sekedar menyusun frame demi frame supaya bagus, artistik dan sedramatis mungkin, tanpa memperhatikan urutan lokasi dan waktu, yang nantinya juga menyangkut logika audience captive market produk tersebut? Kalaupun begitu, seharusnya tetap saja pemesan iklan dalam hal ini pemilik produk bisa menangkap hal-hal yang saya ungkap tadi, sebelum film iklan ditayangkan di stasiun-stasiun televisi Indonesia. Tentunya sebagai pihak pemesan dan pembayar, mereka pasti mengevaluasi dulu seperti apa jadinya pesanan tersebut. Kecuali pihak pemesan pun kurang begitu paham dengan Indonesia. Jika kesalahan dan kejanggalan itu bisa dihindari, kesan kurang ilmiah tidak akan timbul, dan film iklan ini akan benar-benar bagus dan berkelas. Serta bahkan akan berdaya jual bagi industri pariwisata negeri ini. Memang, produk audio visual yang menyandang nama "Indonesia" meskipun itu sebuah iklan produk dagang, karena berkepentingan terhadap kepentingan industri pariwisata tanah air, seharusnya dikoordinasikan dengan instansi pemerintah terkait, dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, agar isinya lebih mengena, dan yang lebih penting, nilai ilmiahnya bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai deh kasus beberapa waktu yang lalu iklan pariwisata Malaysia yang memuat cuplikan Tarian Pendet sehingga diprotes oleh masyarakat dan pemerintah kita, terjadi pula di negara kita. Pada iklan-iklan yang tayang di televisi, karena kurangnya kontrol dari masyarakat maupun pemerintah kita. Harapan saya, produsen produk, agensi iklan, pembuat film iklan, bisa lebih hati-hati dan teliti dalam membuat iklan yang menggambarkan Indonesia, apalagi judulnya mengandung kata "Indonesia", supaya film iklan itu benar-benar menjadi karya seni dan tetap menjaga citra Indonesia, bukan sebaliknya. Pula bisa menjadi alat promosi bagi wisatawan-wisatawan asing agar tertarik dengan Indonesia dan mau datang ke negeri kita. Pertanyaan saya kepada Kementerian Budaya dan Pariwisata, kapan kita bisa membuat iklan pariwisata yang lebih baik dan berkelas...minimal seperti film iklan produk rokok ini? Masak kita selalu keok oleh 2 negara tetangga dekat kita! Lihat saja Malaysia dengan slogan "Truly Asia"-nya meskipun banyak mencatut kebudayaan dan karya seni kita, Singapura dengan slogan "Uniquely Singapore", yang iklan-iklan pariwisatanya selalu menarik dan sering tayang di layar televisi dan media-media cetak kita. Ayo lebih kreatif lagi para seniman dan tim kreatif iklan Indonesia! Buat iklan tentang Indonesia sebagus, seunik dan seartistik mungkin, tanpa mengurangi nilai ilmiahnya. Kepada warga masyarakat yang senang bepergian, ayo kita berwisata di tanah air sendiri, sebelum berwisata ke negara lain. Masih banyak bagian dari negeri kita yang indah pemandangannya dan benar-benar menarik untuk dikunjungi. Salam, Ceppi Prihadi Iklan favorit saya masih tetap dari produsen sebuah merek susu anak, dengan judul "Life is An Adventure". Sayang seribu sayang, modelnya bukan anak-anak Indoneisa dan lokasi shooting-nya pun bukan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H