Chapter I: Aku Terjebak
Jam tangan saya masih menunjukkan pukul 01.15 Wita, matahari terasa sangat menyengat. Jalan Pemuda masih sangat padat, hampir di setiap gerbang sekolah yang berderet di sepanjang jalan utama ini penuh oleh kerumunan siswa yang jadwal pulang sekolahnya hampir bersamaan.
“Ayo bro… orangnya udah siap diajak ngobrol,” isi whatsapp dari seorang teman yang sudah hampir sebulan ini selalu menemani saya mengunjungi dan berkenalan dengan anggota komunitas “Cowok Brondong Mataram”.
Komunitas ini dibuat untuk berkenalan sesama gay yang ada di kota Mataram, itu pengakuan admin grup facebook ini.
***
Dia adalah orang yang pertama kali saya temui. Sekaligus membuka jalan bagi saya untuk mengenal lebih dalam komunitasnya. Sebelum ngobrol ia menceramahi kami tentang perbedaan gay dan banci. Menurutnya, menjadi gay adalah wajar saja. Lelaki yang orientasi seksnya mengalami penyimpangan (jiwa), sedangkan banci adalah lelaki yang orientasi seks dan perilakunya mengalami penyimpangan. Nanti akan saya tulis belakangan ceritanya. Berikut cerita pertemuan kami dengan seorang narasumber yang bersedia dituliskan ceritanya.
***
Tak butuh waktu lama, saya sampai di salah satu café yang ada di dalam Lombok Epicentrum Mall. Teman saya sudah menunggu. Baru saja saya membakar rokok, seorang pemuda, tubuhnya tidak terlalu tinggi. Kulitnya sawo matang dengan rambut sedikit ikal.
“Kenalkan saya M,” ujarnya dengan senyuman ramah dengan logat khas pulau seberang. Ia adalah orang ketiga yang bersedia saya temui dan bersedia ditulis ceritanya.
Pemuda kelahiran pulau sebelah timur Lombok ini mengaku kuliah di sebuah kampus swasta yang dikelola organisasi keagamaan terbesar kedua di Indonesia.
“Jujur mas, aku ingin kembali normal, dan jauh dari dunia gay ini,” ujarnya membuka pembicaraan. Malah sudah tiga kali berpacaran dengan cewek tapi akhirnya putus. Padahal aku ingin serius, katanya.