Apa yang ada di pikiran Anda ketika mengaitkan sosok seperti Jose Mourinho dengan para pemain muda alias para youngster yang masih menimba ilmu di level akademi? Jawabannya mungkin beragam. Namun saya yakin sebagian besar akan menjawab bahwa dua kosa kata itu unmatch alias tidak cocok.
Seperti sudah menjadi rahasia umum, Mourinho alias The Special One, meski dikenal sebagai pelatih jenius yang hampir selalu dapat membuat tim yang dibesutnya menjadi yang terbaik, memiliki handicap atau cacat prestasi yang berhubungan dengan pengorbitan pemain muda. Publik percaya, setidaknya sebagian besar dari mereka, bahwa Mourinho tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengentaskan para pemain muda itu menjadi pemain besar di kemudian hari. Namun apakah anggapan publik itu benar?
Jika menilik sepak terjang Mou di berbagai tim yang ditanganinya selama ini, mulai dari Benfica hingga yang terbaru saat ini Manchester United, maka bisa dibilang anggapan publik yang menuduhnya tidak becus menangani development pemain muda bisa jadi benar. Meski Mou sendiri mengklaim dirinya telah mengangkat total 49 pemain muda untuk mencicipi tim utama yang pernah ditanganinya, namun boleh dibilang kesempatan yang diberikannya hanyalah angin surga belaka. Harapan palsu. Pemanis. Well, mungkin agak kejam menyebutnya demikian, namun nyatanya dari total pemain muda sebanyak klaimnya itu, sangat minim yang kemudian menjadi pemain besar yang tenar.
Nama-nama youngster yang cukup terkenal ketika mendapat kesempatan diturunkan Mou adalah ketika sang entrenador asal Portugal ini membesut Real Madrid. Alvaro Morata mungkin menjadi nama paling populer meski banyak orang akan setuju bahwa bukan Mou yang menjadikan Morata terkenal seperti sekarang. Selain Morata, ada nama Jese dan Casemiro yang sekarang cukup sering diturunkan Zinedine Zidane, Pablo Sarabia yang sekarang menjadi andalan Sevilla, hingga Denis Cherysev yang gemilang bersama Villarreal. Tapi ah, semuanya memang bukan Mou yang membesarkannya. Jadi?
Kisah cinta Mou dalam membesut pemain muda memang menjadi salah satu polemik tersendiri ketika ia akhirnya ditunjuk menangani setan merah MU. Sebagian fans The Red Devils khawatir beberapa youngster muda potensial MU seperti Marcus Rashford dan atau Timothy Fosu-Mensah, nama-nama yang diorbitkan pelatih MU sebelumnya, Louis van Gaal, akan layu sebelum sempat berkembang. Kekhawatiran yang kini perlahan tampak seperti akan menjadi kenyataan.
Namun, terlalu menyalahkan Mou untuk hal seperti ini juga kurang bijak. Pressure tinggi di Premier League khususnya, mau tidak mau memang memaksa para manajer untuk menekan keinginan sesering mungkin menurunkan talenta-talenta yang masih hijau. Terbukti, Ruben Loftus-Cheek, yang sebenarnya memiliki progress menjanjikan bersama Mou di Chelsea, saat ini bahkan terhitung sangat jarang diturunkan oleh Antonio Conte. Bahkan van Gaal sendiri, yang sempat dielu-elukan sebagai manajer yang piawai mengangkat pemain muda, nyatanya 10 dari 14 pemain yang pernah diorbitkannya saat ini tak tahu kemana rimbanya. Dari sudut pandang ini, saya, dan mungkin Anda, harus mengakui bahwa sesungguhnya Mou tidak jelek-jelek amat, hahaha. 😂
Ada beberapa teori yang menyebutkan mengapa kisah cinta Mourinho dan para youngster seringkali berakhir tidak terlalu manis. Salah satu teori yang cukup masuk akal adalah kenyataan bahwa Mou tidak pernah benar-benar terlalu lama berdiam diri di satu klub, paling lama 3 musim. Menarik ditunggu apakah kebiasaannya bekerja short-term seperti ini akan terjadi juga di kota Manchester. Andai, andai saja Mou nantinya akan memangku jabatan lebih lama di MU, rasanya saya akan cukup penasaran untuk mengetahui bagaimana nasib Axel Tuanzebe dan Joel Pereira, dua youngster yang sempat diturunkan Mou saat menghadapi Wigan Athletic di kancah FA Cup akhir Januari 2017 silam, apakah akan berkembang, atau tetap saja akan layu. Bagaimana menurut Anda? 😌
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H