Mohon tunggu...
Syahrul Munir
Syahrul Munir Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Hobi Bersepeda dan Jalan Santai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Petaka Handphone Para Pecinta

14 Maret 2023   12:37 Diperbarui: 14 Maret 2023   12:38 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan tiga sahabat yang membahas maraknya kasus perselingkuhan dalam pertunjukan berjudul Para Pecinta di Teater Mini, TIM, Jakarta. (Dok.Pribadi)

Jakarta -- Sosok pria sukses berbicara dengan pasangannya melalui handphone dengan nada lemah lembut dan penuh kehangatan menjadi adegan pembuka dalam aksi panggung berjudul Para Pecinta di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (8/3/2023). Alur cerita yang dibangun kelompok teater Nebula dalam kisah ini menghipnotis penonton.

Kemunculan pria romantis dengan dialog melalui handphone dengan bahasa santun ala para pecinta sangat kuat. Gestur bicara dan intonasi nyaris tak terlihat sedang memainkan peran. Begitu juga dengan penjiwaan sehingga penonton bisa menangkap pesan secara utuh.

Karakter tokoh yang menyebalkan dalam kisah ini begitu kuat. Pria berpakaian jas dan celana jins itu muncul dengan nada marah ditelepon sejadi-jadinya. Sebelumnya, tokoh ini menampilkan dialog yang Nice dan menenangkan hati penonton. Bahasa santun dan romantis layaknya insan yang sedang mabuk asmara.

Luar biasa, alur Para Pecinta langsung mempersembahkan kejutan pada penonton pada pembuka cerita. Perasaan penonton diaduk-aduk dengan dua karakteristik berbeda 180 derajat hanya dalam hitungan detik.

Kesan pertama pertunjukan kelompok teater Nebula ini membuat mata penonton terbelalak di tengah ruang gelap pertunjukan Teater Kecil malam itu. Mungkin lantaran konflik yang dibangun dalam kisah ini enggak jauh-jauh amat dengan kehidupan nyata. Mengangkat problematika rumah tangga di kota besar. Percakapan romantis suami tanpa sepengetahuan istri ini menjadi petaka.

Saya termasuk penonton yang ikut hanyut dalam skenario panggung dengan penulis naskah Arif Hartono itu. Rasa jengkel muncul tiba-tiba dengan ulah aktor itu. Pandai memainkan perasaan dan begitu lincah berubah karakter mesra ke benci semudah menggeser tombol dari on ke off.   

Hanya di tengah kejengkelan, ada sedikit khawatir malam itu karena saya menikmati aksi panggung bersama Keisha, anak saya yang masih duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar (SD).

Perasaan semakin tak karuan, saat melihat setingan panggung terdapat ranjang dan bantal guling. Saya mempertimbangkan apakah anak usia 10 tahun sudah pas mendengar cerita ini. Dialog yang mengalir seputar perselingkuhan hingga keluar istilah pelakor pada panggung tersebut.

Meskipun narasi yang keluar sesungguhnya menyampaikan data riset tentang istri berselingkuh ternyata persentasenya lebih tinggi (kalau tidak salah dengar 10 persen).

Kembali lagi ke kisah para pecinta, sepanjang pertunjukan tak pernah berhenti memancing emosi. Penulis naskah sangat apik dalam memancing amarah penonton tetap tinggi, meski sempat ada jeda beberapa saat. Analisa warung kopi saya menduga, penulis memberikan kesempatan tarik nafas sejenak buat penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun