Mohon tunggu...
Cenfar
Cenfar Mohon Tunggu... -

apa aja lah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ikutan Latah....Ah

22 Februari 2012   08:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berharap pada 'Raising of The Dark Knight' FPI Kita semua pasti sudah mengenal kota Gotham. Apalagi setelah demam film The
Dark Knight beberapa waktu lalu. Film superhero yang menurut saya paling
keren, yang membuat film-film superhero lain tiba-tiba jadi seperti film kartun
Spongebob. So, kota Gotham yang sebenarnya ngga benar-benar exist ini di dalam sebuah
cerita superhero (Batman) merupakan kota yang amat kompleks dengan
permasalahan. Kota yang di satu sisi modern, namun di sisi lain menampakkan
suasana kemuraman yang kelam. Sebuah kota dengan tingkat kebobrokan
aparatur yang sudah sampai stadium lanjut. Sampai salah seorang tokoh
penjahat (Ra’s Al Gul) di film pertamanya mengatakan bahwa kebobrokan Gotham sudah akut, sampai-sampai elemen terkecil aparaturnya bisa disusupi. Di mana hukum sudah dijungkirbalikkan, sehingga penjahat-penjahat bisa
seenaknya melakukan kejahatannya. Di mana keadilan social sudah amat buruk,
sampai-sampai di tengah kota di antara gedung-gedung tinggi menjulang masih
ada orang-orang miskin yang terlantar. Di mana seorang yang meminta sebuah
keadilan terpaksa menelan ludah, karena para pemberi keadilan sudah
“dibungkam” oleh gerombolan mafia yang mendapatkan penghasilan dengan merusak penduduk melalui narkotika dan kegiatan bejat lainnya. Kota di mana
seorang petugas polisi bahkan mengatakan bahwa “Saya bukan tukang ngadu.”
Ketika melihat partnernya yang juga petugas merampok dari seorang pedagang
kecil. Gotham, sebuah kota yang sampai-sampai melahirkan generasi penjahat
psikopat yang ngga mau duit. Bahkan malah ngerjain mafia yang mata duitan. Ketika harapan penduduk Gotham sudah mulai sirna. Kemudian datanglah sosok
Batman, yang tiap malam menghajar para bandit di jalan-jalan kota Gotham.
Bukan hanya menghajar bandit eceh-eceh, bahkan bos mafia pun dia hajar
tanpa ampun dan diserahkannya kepada kepolisian Gotham. Namun bahkan
seorang yang bekerja tanpa aturan dan yuridiksi pun masih kesulitan
membongkar sindikat konspirasi di Gotham. Sehingga bukannya mendapat predikat sebagai pahlawan, Batman malah mendapat predikat sebagai salah satu
bandit di Gotham. Sehingga penduduk pun banyak yang mencaci-makinya. Walaupun begitu, tak sedikitpun menyurutkan langkah Batman membersihkan
kota Gotham dari borok-borok akut yang menggerogotinya. Karena dari awal
memang bukan niat Batman untuk menjadi seorang pahlawan. Sehingga
walaupun tak banyak, tetapi ada juga orang-orang yang mulai terinspirasi oleh
tindakan si manusia kelelawar ini. Atau bahkan ada juga orang-orang yang tidak
mau mengakui atau takut ataupun memang orang yang tidak tahu terimakasih yang sebenarnya tertolong oleh tindakan Batman, tetapi tetap menganggap
Batman adalah kriminal. Sehingga seorang tokoh Jaksa Wilayah Gotham, Harvey
Dent mengatakan “Kenapa kalian harus membenci Batman dan menganggapnya
seorang kriminal, padahal sebenarnya kalian senang setiap kali Batman
mengahajar bandit-bandit Gotham setiap malamnya.” Namun tetap saja, dengan alasan melanggar hukum, Batman tetap menjadi
incaran pemerintah karena dianggap mengganggu ketertiban. Bahkan bukan
hanya pemerintah yang mengejar Batman, tetapi juga para penjahat yang
merasa dirugikan oleh Batman. Sehingga ketika di akhir film The Dark Knight ketika Gotham kehilangan salah
seorang White Knight (Harvey Dent) yang mereka harapkan karena sebuah
konspirasi besar yang bahkan kepolisian pun tak sanggup mengungkapkannya.
Maka kebencian mereka kepada Batman sampai pada puncaknya, sehingga
mereka lupa akan keberadaan penjahat yang sesungguhnya. Namun, di dalam hati orang-orang yang mengetahui kebenaran Batman adalah
seorang pelindung Gotham (jika tidak boleh disebut pahlawan). Ya, Batman
adalah pelindung Gotham di saat-saat kabut gelap menerpa Gotham. Dia
senantiasa melindungi Gotham di balik semua “kegelapan“ yang mengungkung
dirinya. Batman adalah The Dark Knight, seorang Ksatria yang bahkan tidak
disadari kepahlawanannya oleh orang-orang yang dibelanya, yang senantiasa siap sedia melawan setiap kehendak merusak Gotham. Batman adalah seorang
pahlawan yang tidak pernah dianggap, sampai kemudian orang-orang akan
tersadar ketika mereka membutuhkannya. Lalu setelah cukup dalam bermain di dalam khayalan untuk berwisata ke
Gotham, marilah kita kembali ke kenyataan. Kita kembali ke Jakarta, pusat NKRI.
Kemudian dengan hati dan pikiran yang jernih kita coba bandingkan antara
Gotham dan Jakarta. Apakah yang kita dapat? Demi Allah, saya yakin jika kita
menggunakan hati dan pikiran yang jernih maka yang kita dapatkan adalah
sebuah kemiripan yang hampir seratus persen. Kecuali mungkin tokoh-tokoh khayalan yang tidak benar-benar ada. Secara kondisi dan fakta sosial, Jakarta
adalah Gotham di dunia nyata. Semua kebobrokan aparat ada di Jakarta, semua ketimpangan sosial ada di
Jakarta. Bahkan sudah menjadi rahasia umum, sehingga tidak perlu dipaparkan
secara detail seperti ketika menceritakan tentang Gotham. Penduduk Jakarta (mewakili Indonesia) bahkan sudah berhenti berharap ketika
pemerintahan demi pemerintahan tidak pernah berhasil mengatasi krisis di
Jakarta dan seluruh Indonesia. Seakan tersekat tenggorokan bangsa ini ketika ujung tombak penegakan hukum
di negara ini ternyata telah berhasil dibungkam mulutnya. Sehingga menjadi
tumpul hukum di negara ini. Jika para petinggi saja sudah bisa dibungkam,
bagaimana dengan yang berada di bawah? Keresahan masyarakat yang dapat memicu sebuah konflik besar pun dianggap
urusan ecek-ecek oleh pemerintah. Bagaimana peredaran narkotika, minuman
keras dan segala macam bentuk kegiatan perusak moral mulai berjangkit di
Jakarta dan juga di wilayah lain NKRI. Keresahan makin memuncak di
masyarakat tanpa tindakan konkret dari aparatur. Mungkin jika tokoh macam
Ra’s Al Gul benar-benar ada, maka Jakarta adalah sasaran ucapannya “Kebobrokan Gotham sudah akut, sampai-sampai elemen terkecil aparaturnya
bisa disusupi.” hanya cukup mengganti Gotham dengan Jakarta. Di saat-saat harapan sudah mulai pudar, muncul seorang tokoh yang semula
mungkin tidak ada yang tahu siapa dia. Bukan berpenampilan seperti Batman
atau yang lainnya. Sosok ini bahkan lebih ksatria dari Batman dengan sama
sekali tidak menyembunyikan identitas aslinya. Dialah sosok yang kini kita kenal
dengan Habib Rizieq Shihab. Dengan FPI-nya sejak tahun 2000 sudah aktif
menghajar bandit-bandit di jalan-jalan Jakarta, terutama di bulan Ramadhan. Ya, memang berbeda dengan Batman, sasaran Habib Rizieq adalah bandit kecil.
Akan tetapi, hal itu cukup melegakan masyarakat dikala aparat yang harusnya
bertindak tidak bisa berbuat apa-apa. Sayangnya seperti Batman pula, kegiatan
yang berusaha membersihkan Jakarta dari borok-borok kejahatan dianggap
ilegal dan melanggar hukum. Sehingga kemudian Habib Rizieq dan FPI banyak
dihujat massa. Padahal kegiatan-kegiatan Habib dan FPI yang membantu masyarakat sangat banyak. Surutkah langkah sang Habib? Tidak selangkah pun beliau mundur. Bahkan hal
itu menambah semangatnya untuk menyelamatkan Jakarta tercinta. Sama
seperti Batman, Habib pun menjadi incaran pemerintah dan para penjahat yang
merasa dirugikan oleh tindakan Habib. Sehingga fitnah pun tak henti-hentinya
diterima Habib. Tidak seperti Batman yang bisa dengan mudah menghilang, Habib adalah
seorang biasa yang hanya memiliki keteguhan hati untuk membela kebenaran.
Sehingga ketika tuduhan melanggar ketertiban dan melakukan semacam
perusakan genap (entah itu benar atau tidak) diterimanya, maka beliau dengan
amat KSATRIA bersedia memenuhi panggilan hukum dan para kader FPI pun
juga menurut pada hukum. Habib Rizieq memang bukanlah seorang superhero macam Batman atau tokoh
khayalan yang lain. Beliau lebih dari itu semua. Beliau adalah sosok penjelmaan
nyata dari seluruh tokoh-tokoh pahlawan khayalan yang kita impikan. Beliau
adalah contoh nyata keberanian dan keteguhan seseorang yang berusaha
menegakkan satu bendera kebenaran di antara bendera-bendera kebohongan
dan kebobrokan suatu sistem. Beliau adalah contoh nyata kekuatan seseorang melawan arus tanpa sedikitpun goyah diterpa arus tersebut. Seperti Batman,
beliau bukanlah seseorang murahan yang mencari title pahlawan, sehingga
ketika sebagian besar orang-orang malah menganggapnya penjahat, hal itu tidak
berpengaruh sedikitpun pada pendirian beliau. Seperti Batman, Beliau adalah
pelindung Jakarta yang bahkan tidak disadari sebagian penduduk Jakarta.
Sampai terasa dibutuhkan, Habib Rizieq di mata sebagian besar masyarakat adalah seorang kriminal. Tetapi orang-orang yang dihatinya berpihak kepada kebenaran murni tanpa
dikotori oleh kemunafikan akan senantiasa berkata, walaupun sekedar di dalam
hati bahwa Habib Rizieq adalah seorang pelindung Jakarta (jika tidak boleh
disebut pahlawan). Bagi orang-orang yang masih menganggap beliau seorang kriminal. Sampai
waktunya tiba mereka tetap akan memandang Habib sebelah mata. Sampai suatu saat nanti. Ketika Hukum sudah benar-benar dijungkirbalikkan,
ketika masyarakat sudah bobrok akut karena banyaknya kegiatan-kegiatan
perusak moral tanpa kontrol. Ketika pemuda-pemudi sudah tak bisa diharapkan
karena pikirannya sudah teracuni oleh budaya bebas yang kebablasan. Ketika
aparat sudah tak lagi sanggup dan bahkan tak peduli dengan masyarakatnya.
Ketika keresahan di masyarakat sudah sampai puncaknya sampai-sampai merasa takut keluar rumah karena di depan gang-gang rumah mereka dihuni oleh
segerombolan pemabuk. Maka masyarakat Jakarta akan menyebut Habib Rizieq. Mungkin bagi sebagian
orang yang hatinya terlalu kerdil untuk mengakui kebenaran akan tetap diam,
sementara hati mereka berbahagia melihat ada seseorang yang tegak berdiri
melawan kerusakan di Jakarta. Sehingga jika tokoh Harvey Dent benar-benar
ada maka dia akan berkata “Kenapa kalian harus membenci Batman dan
menganggapnya seorang kriminal, padahal sebenarnya kalian senang setiap kali Batman mengahajar bandit-bandit Gotham setiap malamnya.“ Kali ini kita cukup
mengganti Batman dengan Habib Rizieq Shihab. Akhirnya, seperti d Gotham, selama The White Knight belum muncul, atau
belum ada yang bisa menjadi bahkan tidak bisa menjadi The White Knight..
Maka The Dark Knight-lah yang akan selalu bekerja

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun