Peringatan dua tahun Tragedi Kanjuruhan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya, Malang dilakukan mahasiswa FIB UB untuk kembali menuntut usut tuntas dan keadilan bagi terdampak Tragedi Kanjuruhan.
Pameran ini mengambil tema, "Tragedi yang Terlupakan Belum Terurai, namun Dianggap Usai". Kegiatan diawali dengan pameran karya berkaitan Tragedi Kanjuruhan mulai tanggal 26 September sampai 1 Oktober. Kemudian pada malam 30 September diadakan diskusi terbuka. Pameran ditutup dengan kontemplasi dan do'a bersama untuk para korban terdampak tragedi ini.
Pameran ini bukanlah yang pertama kalinya, sebelumnya pameran ini sudah pernah dilakukan namun karena belum ada tindak lanjut maka kegiatan ini dilaksanakan kembali. "Kita ingin berusaha untuk menjaga memori terkait tragedi ini yang sudah dua tahun berjalan dan beranjak ketiga tahun yang nyatanya belum tuntas sepenuhnya." ujar Muhammad Febizio yang akrab disapa Zio, selaku ketua pelaksana pameran ini,
Karya yang ditampilkan dalam pameran kali ini berupa infografis, fotografi, karya dua dimensi digital, lukisan, karya sastra dan bongkahan bangunan Kanjuruhan yang sempat diamankan sebelum direnovasi. "Karya-karya ini kami biarkan masyarakat umum mulai dari UI, Solo, Tulungagung untuk mengekspresikan dirinya terhadap tragedi ini."
"Sebelum mengadakan pameran ini kami sudah saling koordinasi, baik dengan pihak aktivis JSKK Â (Jaringan Solidaritas Keluarga Korban), keluarga korban maupun pihak fakultas, dan semuanya mendukung, namun dari Markas Komando Universitas Brawijaya (MAKO UB) selama pameran ini sudah berkali-kali datang kesini untuk mempertanyakan izin, memotret karya pameran dan juga berusaha memprovokasi kalau isu ini itu bukan ranah pendidikan dan milik kota Malang, melainkan kabupaten. Padahal pada faktanya, ini sudah menjadi isu internasional." bantah Zio.
"Itu datang." ujar Zio tiba-tiba ketika melihat petugas MAKO UB menghampiri pamerannya, saat  proses wawancara tengah berlangsung. "Untuk menyuarakan keadilan kita perlu pengorbanan, tapi tetap pertimbangkan keamanan semua. Jadi misal kalau kita selalu tunduk pada sesuatu yang kita kira salah, tentunya keadilan itu akan sebatas nama saja, tidak akan terwujudkan." ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H