Mohon tunggu...
Tabloid Cendekia
Tabloid Cendekia Mohon Tunggu... lainnya -

Tabloid Cendekia adalah tabloid garapan ICMI Sumatera Selatan terbit bulanan. Info berlangganan hubungi: Sekretariat ICMI Sumatera Selatan atau kunjungi blog kami di www.cendekiasumsel.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Ragu Naikan Harga BBM

29 April 2012   04:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi pemerintah menaikan harga BBM pada 1 April 2012 memicu aksi demo mahasiswa di seluruh Indonesia termasuk Kota Palembang, Sumsel. Berakibat pemerintah menjadi ragu-ragu lalu menunda kenaikan hingga enam bulan ke depan.

Pimpinan PT Berkah Utama Development, Ahmad Faisal ST menyayangkan penundaan kenaikan harga BBM. Menunjukan sikap pemerintah yang maju mundur. Berakibat para pengusaha juga ragu-ragu dalam menjalankan usahanya lalu menunggu kepastian kenaikan harga dari pemerintah. Entah kapan?

“Lebih cepat lebih baik,” tandas Ahmad Faisal mengutip pernyataan yang biasa digunakan mantan Wapres, Jusuf Kalla. Namun dengan adanya penundaan maka para pengusaha juga menunda keputusan bisnis buat mengantisipasi berbagai dampak negatif dari penundaan yang terjadi.

Dari aspek pengusaha, kenaikan BBM kali ini sebenarnya bisa dijadikan momentum. Berupa upaya mencari energi alternatif untuk menggantikan peran minyak yang semakin lama semakin menipis ketersediaannya di Indonesia. Bahkan belakangan Indonesia harus mengimpor BBM dari luar demi mencukupi pemakaian dalam negeri.

“Sudah saatnya kita beralih ke energi lain seperti gas,” katanya lagi seraya meneruskan,  “Indonesia memiliki cadangan gas alam yang besar dan itu belum semuanya dikelola di bumi garuda ini. Dengan melimpahnya gas alam di Indonesia ke depannya kita tidak akan dipusingkan lagi dengan pergolakan minyak dunia. Karena kita tidak tergantung pada minyak tapi pada gas yang kita sendiri memilikinya.”

Upaya ke arah itu sudah terlaksana di Kota Palembang. Terbukti dari sebagian angkot sudah menggunakan gas sebagai pengganti bensin dalam operasinya. Pun pemerintah sudah membangun beberapa SPBG. “Ini bisa menjadi langkah awal, asal kita bersungguh-sungguh melakukannya baik dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun dari para pengusaha sebagai pelaku pasar,” ujarnya.

Dilanjutkan lagi, sebenarnya dampak terbesar yang langsung dirasakan oleh kebijakan pemerintah dalam menaikan harga minyak adalah para masyarakat level bawah seperti para buruh, tukang becak, ojek, sopir bus dan angkot. Karena dengan penghasilan yang tidak tetap dan kurang memadai membuat daya beli mereka menjadi rendah. Ditambah lagi harga-harga bahan pokok yang semakin meninggi.

Di samping itu, kenaikan BBM juga akan berdampak pada pengusaha. Karena saat terjadi kenaikan harga minyak otomatis akan terjadi kenaikan pada produk-produk yang dihasilkan. Kenaikan harga inilah yang membuat permintaan  akan menurun. Supply dan demand tidak lagi ballance dikarenakan distribusi terhambat. Juga terjadi penumpukan barang-barang di gudang. Bahkan beberapa perusahaan atau pun distributor belum mau melakukan kontak kerja sama bisnis dengan pihak manapun hingga mendapat kepastian kenaikan harga BBM.(sutan al)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun