Mohon tunggu...
Humaniora

Kecerdasan Spasial, Bagaimana Cara Mengembangkannya dalam Pembelajaran?

26 Oktober 2016   16:35 Diperbarui: 26 Oktober 2016   16:42 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Oleh    : Siti Maya Rahmayanti, S.Pd

Ada banyak pengertian mengenai apa itu kecerdasan. Jika kita melihat dari kata dasarnya yaitu “cerdas”, cerdas berarti sempurna. Apanya yang sempurna? Sempurna akal dan budinya. Secara fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang sempurna, dengan akal yang dimiliki jelas manusia adalah makhluk yang berbeda. Akal yang dianugrahkan kepada manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Manusia tercipta dengan kecerdasan yang khas.

Banyak yang meyakini bahwa, manusia yang cerdas adalah manusia yang memiliki kemampuan Intelligence Qoutient(IQ) yang tinggi pula, benarkah? IQ telah memonopoli teori kecerdasan. Kecerdasan seseorang hanya diukur dengan test intelegence yang logis, matematis, kuantitatif dan linear akibatnya sisi kecerdasan lainnya terabaikan. Lalu sebenarnya kecerdasan apa yang dimiliki manusia selain IQ? Pada dasarnya, manusia memiliki kecerdasan. Lebih dari satu jenis kecerdasan tepatnya. Teori kecerdasan Howard Gardner atau yang lebih dikenal dengan Multiple Intelligence, ia menyebutkan bahwa ada delapan kecerdasan yang dimiliki manusia diantaranya linguistic Intelligence, logic-Matematical Intelligence, visual spatial Intelligence, bodily kinesthetic Intelligence, musical Intelligence, intrapersonal Intelligence, interpersonal Intelligence, serta natural Intelligence. Betapa sempurna nya ciptaan Tuhan.

Delapan kecerdasan di atas, pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia namun ada yang menonjol dan tidak. Salah satu contohnya adalah visual spatial Intelligence. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini ia peka terhadap unsur garis, warna, bentuk, ruang dan hubungannya. Ia dapat memahami, memproses, dan berfikir dalam bentuk visual.  Cirinya adalah ia suka menggambar, bermain puzzle, lebih mudah membaca gambar dari pada teks, dan hal lainnya yang berhubungan dengan visualisasi.

Jika dikaitkan dengan pembelajaran di dalam kelas, apakah bisa seorang anak dengan kecerdasan visual spatial Intelligencediharuskan belajar dengan menghafal teks, membaca teks, menulis dan lainnya yang bisa terjadi di sekolah kebanyakan. Tentu saja bisa, hanya karena anak tersebut takut tidak mencapai kriteria ketuntasan mininal dalam pembelajaran. Lalu apa hasilnya? Hasilnya adalah anak tersebut tidak dapat belajar dengan maksimal, bahkan lebih fatalnya adalah kecerdasan yang dimiliki anak tidak berkembang.

Pernah mendengar tentang anak yang pintar dari segi akademik tapi ia tidak bisa mengemukakan pendapat di depan umum? Atau anak yang pintar tapi dia tidak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya, bahkan anak yang pintar menjadi tidak menjadi apapun dalam hidupnya. Contoh tersebut merupakan salah satu contoh ketika kecerdasan yang ia asah bukan kecerdasan yang ia miliki.

Pada abad 21 ini, guru cendrung merasa kekurangan waktu untuk menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan target pencapaian kurikulum. Akibatnya, pembelajaran di sekolah menjadi sangat instructionaldan ekspositoriskarena guru dan siswa harus mencapai target kurikulum berupa academic excellenceyang diukur dengan pendekatan behavioristik sesuai dengan rumusan tujuan yang operasional. Dengan demikian, guru-guru lebih banyak bekerja dengan tujuan (objektive).Mereka mengerahkan semua tenaga agar materi kurikulum dapat ditransmisikan semaksimal mungkin kepada para peserta didik untuk mencapai tujuan academic excellency.hal yang dilakukan sebagian guru yaitu denganmengarahkan kepada siswa untuk mengerjakan LKS yang di dalamnya berisi soal-soal tes objektif dan jawaban singkat mengenai fakta yang dianggap sebagai pembelajaran aktif.

Bagi anak yang memiliki kecerdasan lingustic intellegence mungkin kegiatan tersebut menyenangkan, tapi apa kabar dengan anak yang mempunyai kecerdasan visual spasial intellegenceyang susah menelaah kata-kata? Solusi yang tepat adalah menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan dengan catatan tetap memperhatikan materi ajar, dan kecerdasan yang anak miliki dan butuhkan. Sebenarnya dalam mengajar bukan memperhatikan bagaimana guru mengajar tapi bagaimana anak belajar.

Salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial intellegencedalam pembelajaran yaitu dengan mengembangkan bahan ajar dengan sesuatu hal yang berhubungan dengan visual, misalnya dalam mata pelajaran IPS di SMP salah satunya di SMP Islam Cendekia Cianjur, yaitu dengan menggunakan media peta, membuat puzzle peta atau dengan mengadakan permainan ular tangga yang bergambar sehingga selain belajar, siswa pun merasa senang karena tidak terbebani dengan materi yang penuh dengan lautan fakta. Belajar sambil bermain intinya. Selain mengembangkan kecerdasan visual spasial intellegenceanak juga dapat bersosialisasi dengan baik. Di mata pelajaran lainnya pun dapat dikembangkan misalnya dalam mata pelajaran IPA, dengan penggunaan mikroskop dengan benar, siswa di tugaskan mencari objek lalu ditelaah dan di gambar. Bagi anak yang memiliki kecerdasan visual spasial intellegencekegiatan pembelajaran seperti itu dapat membantu mengembangkan kecerdasannya, sehingga tidak hanya dari sisi akademik atau IQ saja yang berkembang namun kecerdasan lainnya dapat terarah dan terasah dengan baik pula.

SMP Islam Cendekia Cianjur di dalam pembelajarannya selalu memberikan inovasi baru dalam menyampaikan materi, entah dalam bentuk permainan, penggunaan alat dan media yang menarik atau penggunaan metode yang bervariatif. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa siswa dan siswi SMP Islam Cendekia tidak hanya cerdas dalam segi IQ saja namun juga secara menyeluruh sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dan siswinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun