Mohon tunggu...
Chemi Hotspur
Chemi Hotspur Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sastra Indonesia Unpad 2007. Sangat menyukai penulisan fiksi dan artikel, khususnya mengecam kebiasaan buruk anak muda dewasa ini.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jika Masa Muda Itu Sesat Begini, Maka Saya Memilih Segera Jadi Tua

19 Oktober 2011   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:45 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaktus: “Kak Cem, aku mau nanya dong. Gimana ya caranya supaya aku bisa berhenti ML sama cowok aku…?”

Cemie: “Uhuk!” (tersedak kopi)





Pertama-tama, saya ingin menyapa para pembaca yang budiman, yang semoga selalu berada dalam rahmat Tuhan. Bagi saudara yang sering membaca tulisan-tulisan saya, pasti ada rasa bosan (syukur-syukur tidak) karena tema yang diangkat selalu tentang kelakuan menyimpang generasi muda sekarang. Apa boleh buat, itulah yang saya alami dan terasa demikian menyebalkan. Seandainya tiba-tiba saya menulis tentang keharmonisan rumah tangga atau resep mendapat keturunan, itu baru namanya aneh dan jelas sok tahu karena saya belum sampai umur ke sana. Marilah kita saling berbagi pengalaman, yang muda belajar hal baik dari yang tua (ups… sorry pak), juga yang tua tolong beri contoh baik dan pencerahan bagi yang muda, supaya kita sama-sama mendapat manfaat. Amin.

Masih belum bosan saya membahas perilaku pacaran yang menyimpang, atau jelasnya, seks bebas di kalangan anak muda. Jika anda merasa tidak aneh melihat / mendengar seks bebas di kalangan remaja, berarti anda mesti waspada karena perbuatan terkutuk itu (memang) telah ada di sekitar anda.

Ah… saya bingung mesti masuk dari mana (kalau mulai, sudah dari dulu). Intinya begini, seorang teman wanita saya, sebut saja Kaktus (saya bosan memberi nama samaran ‘Bunga’ atau ‘Mawar’), curhat lewat telpon pada saya. Mengingat usia si Kaktus yang baru 17 jalan, tebakan saya dia mau curhat tentang geng cewek di sekolahnya atau soal cowok kaya yang mempermainkannya (Cinta Cenat Cenut mode: on). Eh ternyata… kurang lebih begini:

Kaktus: “Kak Cem, aku mau nanya dong. Gimana ya caranya supaya aku bisa berhenti ML sama cowok aku…?”

Cemie: “Uhuk!” (tersedak kopi)

Kaktus: “Ih kak Cem, denger nggak? Aku serius nih, aku serem liat temen aku hamil.”

Cemie: “Kamu mau saran seperti apa…?”

Kaktus: “Ya, yang bagus-bagus, supaya aku tersadar.”

Cemie: “Jika sudah kuberi saran yang bagus itu, apa kamu akan menurut?”

Kaktus: “Gimana ya… aku juga pengen berhenti, tapi susah. Habis enak sih, hehe.”

Cemie: “Adaaaawww” (tersunut rokok)

Kaktus: “Ih si kak Cem nggak bener banget, plis dong… aku serius nih…”

Cemie: “Hm… kamu punya gunting rumput dan linggis?”

Kaktus: “Hah…? Ada kok, buat apaan?”

Cemie: “Kamu panaskan gunting dan linggisnya di kompor sampai membara, terus saling tusuk ke kelamin masing-masing. Beres ‘kan? Kalian nggak bakal bisa ML selamanya.”

Kaktus: “Aduh kak Cem becanda mulu, aku serius. Di satu sisi aku mikirin masa depan aku, tapi di sisi lain aku takut kalau harus berhenti. Selain enak, pacar aku jadi makin sayang.”

Cemie: “Eittts!” (menghalau cicak yang jatuh di kepala) “Hahaha, masa depan yang mana sih yang kamu pikirkan…?”

Kaktus: “Iya… nanti gimana gitu kalau ternyata suamiku bukan dia, ntar aku malu ke suamiku kalau m***k aku udah rusak kayak pintu di film koboy…”

Cemie: “Oi! Jangan sebut kata itu, aku jijik! Pakai kiasan dong, jack 3,5mm atau USB port kek. Aku geli!”

Kaktus: “Maaf kak… silakan dilanjut.”

Cemie: “Hm… Nah, itu kamu sadar. Lekaslah berhenti, mohon ampun sebanyak-banyaknya pada Tuhan. Dia Paha Pengampun.”

Kaktus: “Tapi… nanti aku takut ditinggalin pacar aku, aku sayang banget. Lagipula aku enjoy ML sama dia.”

Cemie: “Srupuuuuut.” (meneguk kopi sampai tandas) “Sudahlah, lanjutkan saja MLnya, lumayan nambah 40 tahun sekali gituan.”

Kaktus: “Beneran kak? Usia aku nambah 40? Panjang umur dong…?”

Cemie: “Dasar bodoh, maksudnya nambah 40 tahun masa berkunjung kalian ke neraka. Nanti ketemu sama Stoya, Saori Hara, Sasha Grey, dan kawan-kawan seperkasuran.”

Kaktus: “Aduuuuh kakak, jangan ngomongin yang serem-serem dong… masih jauh kali yang gitu mah.”

Cemie: (Beristigfar banyak-banyak dalam hati, sambil kepala pening)

Tut tut tut (sambungan putus)

BIAYA TELEPON SELAMA 15:00 ADALAH Rp2.400, TERUS PAKAI IMDOSAT DAN RAIH HADIAH PLUS-PLUS.

Ternyata saya baru sadar bahwa pembicaraan buruk tadi saya yang bayar, makin menyesal pula karena alih-alih dapat lelucon atau gossip, malah dapat beban pikiran. Singkat saja sih, hal yang menggelayuti pikiran saya adalah: “Kelak saat saya tua, akan seperti apa pergaulan anak-anak saya…?”

*********

Sampai tengah malam saya masih terjaga, memikirkan hal-hal tadi. Karena mau tidak mau ikut terbayang juga adegan-adegan pergumulan yang diprakarsai si Kaktus, saya tidur pakai sarung dan baju takwa, juga peci. Bukan apa-apa, supaya saya “eling” dan tidak ikutan macam-macam.

“Kok remaja sekarang bisa liar begitu, ya…?” gumam saya sambil membakar sekotak Surya Slims putih. Tadi selepas putus telepon, saya isi pulsa dulu. Alhamdulilah yah, kirim 4 bonus 150sms. Saya tanya si Kaktus, apa dia nggak sayang keperawanannya dibuang begitu. Dijawabnya enteng, “Kan cowok-cowok juga udah pada gak perjaka, jadi sama saja.” Katanya. Jelas saya berang, karena demi Davy Jones dan Neptunus, saya masih perjaka kok. “Apa maksud kamu?” saya balas dengan ketus. Tak beberapa lama, balasan datang. “Kata Radityo Daki juga cowok tuh cuma ada dua jenis, kalau nggak bajingan ya homo.” Tulisnya. Saya jadi bingung, kok jadi bahas gender gini ya. Mungkin sama pusingnya dengan anda yang sedang baca tulisan ini.

“Bilangin ke si Radityo Daki, cowok bajingan dan homo pun bisa berubah jika mau bertaubat dan mengubah dirinya dengan sungguh-sungguh.” Tulis saya. Eh… balasan dari si Kaktus sangat berapi-api. “Heh kak! Asal tahu aja ya, 60 persen remaja Bandung pernah melakukan seks di usia 17, dan hampir 87 persen pernah melakukan oral seks sejak SMP!” sungutnya menggurui. Saya tidak boleh kehabisan kata-kata. “Kalau begitu kelak yang 40 persen dan 13 persen akan menonton sejumlah besar itu hamil di luar nikah, kena penyakit menular, masuk koran dan majalah Hidayah, dan sebagainya.” Titik, jawab saya.

“Kakak jangan munafik deh, kakak juga anak muda, pasti suka yang begituan. Ngaku aja lah…!” serunya. Astaga, ini sudah menuding seenaknya. Saya lumayan berang, tapi seteguk kopi torabika moka menenagkan pikiran saya. “Iya, kalian memang anak muda. Muda(h) dipengaruhi, muda(h) birahi, dan muda(h) hamil. Makan tuh muda! Muda-muda(h)an segera dapat hidayah, semoga pacarmu muda-tang ke rumah dan bertanggung jawab sudah membuntingi, dan muda-muda(h)an pula kalian berhenti segala perbuatan MUDArat itu!” balas saya, lalu mematikan handphone.

“Apa sih yang ada di pikiran mereka…?” gumam saya, mencoba memejamkan mata. “Kalau masa muda itu sesat begini, saya memilih segera jadi tua.” Saya menguap.

Saya jadi sedikit linglung, saya yang salah lahir atau mereka yang terlalu cepat dewasa. Apa tidak bisa menunggu sampai menikah untuk mencicipi ‘itu’. Walau belum pernah mencoba, tapi saya yakin rasanya pasti enak, buktinya semua orang suka. Tapi ‘kan kalau dilakukan setelah menikah, lebih nikmat lagi karena dihitung sebagai ibadah.

Karena saya juga manusia biasa yang ingin curhat juga, maka saya menulis di twitter saya @cemiehotspur, kebetulan saat itu saya sedang nonton pertandingan sepakbola antara Real Madrid melawan tim apa ya, saya tidak ingat. “Contohlah Ricardo Kaka, tampan dan jutawan, tapi menentang seks sebelum nikah. Lah di kita, burung segede cabai aja blagunya minta ampun. #LOL” tulis saya. Super sekali, karena update itu dibuat pagi buta, sama sekali tidak ada yang menanggapi.

Ah… saya ingat kalau saya sedang mencari pacar. Tiba-tiba niat itu padam. “Kudu perawan lah, belum lagi harus setia lah, jangan matre lah. Ah… otak saya jadi terbe-lah…” gumam saya sambil menggaruk-garuk kepala. Bahkan saya sampai lupa mau dibawa ke mana arah tulisan ini, sudah melenceng jauh sekali. Haha mohon maaf //:D

Rasanya terlalu kejam juga kalau menilai baik buruknya seseorang dari virginitasnya (keperawanan & keperjakaan). Untuk yang diperkosa atau kecelakaan, saya buat pengecualian ---> Pokoknya, mereka yang menjaga virginitasnya, mesti kita beri apresiasi sebesar-besarnya. Karena dengan menjaga virginitasmu, maka engkau telah menghargai agamamu, Tuhanmu, masa depanmu, dan pasangan nikahmu kelak. Intinya, hargailah dirimu sendiri (bukan keperawanan ditukar seharga iPhone 5 lho ya -.-), tetapi jagalah dirimu, ingat orang tua yang sudah susah payah merawatmu dan mendidikmu dengan baik. Ingat pula Tuhan, karena suatu saat kita pasti dimintai pertanggung jawaban, yang setahu saya siksa Tuhan itu sangat pedih, bukan begitu?...

Saya capek dan bingung mau nulis apa lagi, gagasan sih banyak, tapi ketika dituangkan jadinya acak-acakan. Saya lupa bikin Mind Map™ sih sebelum memulai tulisan ini.

Jika ada yang benar, itu semua dari Allah. Jika ada yang salah tulis, berarti salah keyboard laptop saya yang rusak. Jika ada tanggapan, mohon disampaikan dengan bijak dan terpelajar. Mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Hehe //:D

Sampai jumpa di tulisan aneh saya berikutnya, ya!

*********

Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran. Sangat menyukai keusilan dan mengamati tingkah laku anak muda.

Follow twitter saya @Cemiehotspur , pasti saya follow back kok, saya ‘kan bukan si poconggg.

Hehe //:D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun