Tingginya angka kematian ibu masih menjadi tantangan yang serius bagi sebagian negara di dunia. Dilansir dari WHO, selama beberapa dekade terakhir, tren kematian ibu di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun demikian, jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, Indonesia terbilang memiliki jumlah kematian ibu yang cukup tinggi, dengan 7.826 kematian ibu di tahun 2020 (WHO, 2024).
Menyikapi hal tersebut, upaya penurunan angka kematian ibu terutama terkait dengan sebab yang dapat dicegah, harus dapat ditekankan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemenuhan layanan Antenatal Care (ANC) bagi ibu hamil. ANC dapat meningkatkan kesehatan ibu maupun bayi dengan cara memberikan kesempatan untuk deteksi dini terhadap kondisi-kondisi yang meningkatkan risiko hasil kehamilan yang buruk (Mandiwa and Namondwe, 2024).
Di Indonesia, kesenjangan pemanfaatan ANC bagi ibu hamil seringkali dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi. Perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah sering menghadapi banyak tantangan dalam menjaga kesehatan selama kehamilan. Mereka sering kesulitan mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, dukungan dari tenaga medis terlatih saat melahirkan, atau layanan darurat jika terjadi komplikasi. Tanpa akses yang memadai ke layanan kesehatan, risiko kematian bayi dan ibu meningkat secara signifikan (Esther et al., 2024).
Jika dirincikan berdasarkan wilayah, hampir semua wilayah di Indonesia menunjukkan perbedaan mencolok dibandingkan Papua dalam penggunaan layanan ANC, kecuali Maluku yang hasilnya hampir serupa. Wilayah Indonesia Timur, termasuk Papua dan Maluku, memiliki tingkat ANC 4 paling rendah di Indonesia. Sementara itu, wilayah Barat seperti Sumatera memiliki angka sedikit lebih baik. Distribusi layanan ANC 4 paling tinggi ditemukan di wilayah tengah, yaitu Jawa-Bali, yang menjadi pusat kualitas layanan terbaik (Laksono, Rukmini, and Wulandari, 2020).
Berdasarkan hal tersebut, kondisi sosial ekonomi ibu hamil memiliki peranan penting yang menentukan apakah ia dapat mengakses dan memanfaatkan ANC dengan baik. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai dampak kondisi sosial serta tantangan ekonomi yang kerap dirasakan ibu hamil.
Dampak Kondisi Sosial Ibu terhadap Pemanfaatan ANC
Kondisi sosial ibu hamil seringkali menjadi hambatan dalam mengakses layanan ANC. Berikut beberapa kondisi sosial ibu, diantaranya:
Karakteristik Demografi
Pertama, yaitu tingkat pendidikan. Umumnya, perempuan dengan pendidikan yang rendah mempunyai kesadaran yang rendah terhadap pentingnya kunjungan ANC (Alibhai et al., 2022). Perempuan dengan pendidikan menengah berpeluang 1,7 kali lebih besar untuk mendapatkan layanan bidan terampil di fasilitas kesehatan dibandingkan lulusan pendidikan dasar. Hal ini disebabkan tingkat literasi kesehatan ibu lebih tinggi, memungkinkan dapat memilih fasilitas kesehatan yang lebih baik (Istifa et al., 2021).
Kedua, wilayah tempat tinggal. Perempuan yang tinggal di perkotaan lebih mudah melakukan kunjungan ANC yang direkomendasikan (Alibhai et al., 2022). Penelitian lain mengatakan perempuan di wilayah Indonesia Tengah berpeluang 2,8 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC dan 3,4 kali lebih besar untuk mendapat layanan bidan terampil dibandingkan dengan perempuan di Indonesia Barat karena pembangunan sosial ekonomi, termasuk transportasi, jalan, dan fasilitas kesehatan yang berkualitas, tidak terdistribusi secara merata di perkotaan dan pedesaan (Istifa et al., 2021).