Mohon tunggu...
Cely Julianti
Cely Julianti Mohon Tunggu... Lainnya - Goverment PR | Sosial Media Analisis

Simple and Freedom

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekonomi Sirkular Kunci Mengurangi Sampah Plastik

10 November 2024   22:19 Diperbarui: 10 November 2024   22:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah plastik (freepik.com)

Dalam beberapa dekade terakhir, masalah sampah plastik telah menjadi perhatian utama di banyak negara. Plastik yang sulit terurai menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, mulai dari pencemaran air dan tanah hingga ancaman bagi kehidupan laut. Untuk mengatasi persoalan ini, konsep ekonomi sirkular mulai diusung sebagai solusi berkelanjutan yang dapat meminimalkan sampah plastik dengan cara yang efisien.

Ekonomi sirkular merupakan pendekatan yang berfokus pada penggunaan kembali, memperpanjang siklus hidup, dan daur ulang material. Alih-alih berakhir sebagai limbah, plastik dan bahan lainnya diupayakan untuk terus diputar dalam sistem ekonomi. Dengan ini, sampah tidak lagi hanya dianggap sebagai material buangan tetapi sebagai sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan kembali.

Penerapan Ekonomi Sirkular di Berbagai Negara

Beberapa negara di dunia sudah mulai menerapkan kebijakan ekonomi sirkular untuk mengurangi ketergantungan pada plastik baru dan mendorong penggunaan plastik daur ulang. Uni Eropa, misalnya, menerapkan berbagai regulasi ketat terkait pemakaian plastik sekali pakai dan mendorong penggunaan bahan yang lebih mudah didaur ulang. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang mencemari lingkungan dan meminimalkan penggunaan sumber daya alam.

Di Asia, Jepang dan Korea Selatan juga telah memanfaatkan teknologi dalam mengolah sampah plastik menjadi bahan baku untuk berbagai produk. Di Jepang, misalnya, plastik didaur ulang menjadi pelet yang kemudian diolah kembali menjadi bahan untuk industri manufaktur. Dengan kebijakan tersebut, Jepang mampu mengurangi volume sampah plastik secara signifikan setiap tahunnya.

Indonesia, yang merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, juga mulai mengadopsi pendekatan ini. Melalui kebijakan dan berbagai inisiatif, pemerintah bekerja sama dengan pelaku industri dan masyarakat untuk mempromosikan ekonomi sirkular. Salah satu contohnya adalah dengan mendorong penggunaan kemasan ramah lingkungan dan mendukung industri daur ulang untuk menciptakan produk bernilai tambah dari sampah plastik.

Manfaat Ekonomi Sirkular dalam Mengurangi Sampah Plastik

Penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah plastik memiliki berbagai manfaat. Pertama, ini dapat mengurangi jumlah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau mencemari lingkungan. Dengan demikian, risiko pencemaran tanah, air, dan udara akibat pembakaran sampah plastik yang tidak terkontrol dapat diminimalisir.

Selain itu, ekonomi sirkular membantu menghemat sumber daya alam. Dengan mendaur ulang plastik yang sudah ada, kebutuhan akan produksi plastik baru dari bahan mentah seperti minyak bumi dapat ditekan. Ini juga akan berdampak pada pengurangan emisi karbon karena proses produksi plastik baru membutuhkan energi dan menghasilkan polusi yang tinggi.

Ekonomi sirkular juga membuka peluang ekonomi baru. Industri daur ulang plastik menjadi semakin berkembang dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Produk-produk hasil daur ulang, seperti furnitur atau bahan konstruksi, juga menjadi alternatif yang banyak diminati karena harganya lebih terjangkau dan ramah lingkungan.

Tantangan Penerapan Ekonomi Sirkular

Meski memiliki berbagai manfaat, penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah plastik bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah infrastruktur yang memadai untuk mendukung proses daur ulang. Banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, masih menghadapi kesulitan dalam membangun fasilitas daur ulang yang cukup untuk mengolah sampah plastik secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun