Mohon tunggu...
Celvin Reindira Alfiani
Celvin Reindira Alfiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggunakan Data Observasi untuk Mengidentifikasi Kebutuhan Peserta Didik

20 Oktober 2024   14:31 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:34 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Dalam dunia pendidikan, memahami kebutuhan peserta didik merupakan langkah awal untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Saat ini masih banyak pembelajaran yang diterapkan oleh guru menggunakan metode konvensional, dimana pembelajaran hanya berpusat kepada guru. Hal tersebut membuat siswa tidak memiliki kebebasan secara langsung dalam proses pembelajaran. Upaya untuk membuat pembelajaran yang memerdekakan peserta didik sesuai dengan minat, bakat yang di miliki, salah satu metode awal yang dapat diguakan oleh guru yaitu mengali informasi pada peserta didik melalui observasi yang dilakukan sebelum melakukan pembelajaran. Observasi dapat disebut sebagai asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik mencakup asesmen diagnostik kognitif yaitu yang berkaitan dengan kemampuan siswa, sedangkan asesmen non kognitif berkaitan dengan sikap, motivasi, lingkungan belajar, gaya belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Asesemen tersebut dapat dilakukan oleh guru melalui tes kognitif, observasi dan wawancara. Hasil dari asesmen tersebut, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan serta potensi yang dimiliki peserta didik secara lebih dalam. Hasil data observasi yang sudah dikumpulkan oleh guru dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti gaya belajar, minat belajar dan potensi setiap siswa. Dengan memanfaatkan data observasi yang sudah ada, guru dapat memetakan dan menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pendidikan yang efektif harus memenuhi kebutuhan yang beragam dari peserta didik secara menyeluruh hingga dalam pembelajaran peserta didik mengalami kemerdekaan belajar. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah pendekatan diferensiasi pembelajaran. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuan yang berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang bervariasi dalam proses pembelajaran.

             Pembelajaran berdiferensiasi ada empat kategori yaitu 1) diferensiasi konten, strategi pengajaran yang membedakan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa. Contoh pengimplementasian diferensiasi konten dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada teks cerita hikayat guru dapat menyediakan beberapa jenis teks hikayat yang sesuai dengan minat peserta didik untuk mempelajari teks cerita hikayat. 2) Diferensiasi proses, pendekatan pengajaran yang menyesuaikan metode dan aktivitas pembelajaran berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan siswa. Contoh implementasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada teks cerita hikayat tugas membuat ringkasan cerita hikayat disesuaikan dengan tingkat kognitif peserta didik, yang mencerminkan perbedaan dalam kemampuan dan pemahaman peserta didik. Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi diberikan tugas menulis lebih kompleks dengan panjang ringkasan cerita hikayat sebanyak 200 kata. Peserta didik dengan tingkat kemampuan sedang diberikan tugas menulis dengan ringkasan cerita hikayat 150 kata. Peserta didik dengan tingkat kemampuan rendah diberikan tugas menulis dengan ringkasan 100 kata. 3) Diferensiasi produk, dalam konteks teks cerita hikayat melibatkan penyediaan variasi cara bagi siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka terhadap materi. Contoh implementasi diferensiasi produk dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya teks cerita hikayat berdasarkan gaya belajar peserta didik. Gaya belajar auditori menciptakan video, peserta didik membuat video pendek yang menceritakan kembali hikayat dengan cara yang kreatif. Gaya belajar visual, membuat poster peserta didik merancang poster yang menggambarkan elemen-elemen penting dari hikayat, seperti karakter utama dan setting, serta menambahkan kutipan penting dari teks. Gaya belajar kinestetik, menulis cerita pendek peserta dapat diminta untuk menulis versi modern dari hikayat yang telah dibaca, dengan mempertahankan pesan moralnya.

             4) Diferensiasi lingkungan belajar, strategi pengajaran yang menyesuaikan suasana dan pengaturan ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang teks hikayat, guru dapat mengatur ruang kelas menjadi beberapa area seperti zona baca yang menyediakan berbagai koleksi hikayat, zona diskusi untuk berbagi pendapat dan analisis cerita, serta area praktik yang memungkinkan siswa mendramatisasi tokoh atau peristiwa dalam hikayat. Namun, implementasi diferensiasi dalam pembelajaran memang tidak selalu mudah, guru perlu meluangkan waktu untuk merencanakan dan menyesuaikan strategi serta memantau perkembangan setiap peserta didik. Dukungan dari sekolah dan kolaborasi antara guru juga sangat penting untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan diferensiasi, guru dapat memenuhi kebutuhan peserta didik, meningkatkan hasil belajar, dan menciptakan suasana kelas yang positif dan mendorong peserta didik untuk mencapai potensi terbaik dalam pembelajaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun