Mohon tunggu...
Kang Galuh
Kang Galuh Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Mengulik-ngulik hikmah di balik peristiwa. Suka menyambungkan apa-apa yang ngga nyambung. http://kanggaluh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkelahi Gara-gara Omongan

6 November 2016   05:31 Diperbarui: 6 November 2016   07:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini kejadian waktu saya pulang mudik tahun lalu. Waktu itu saya sedang mengantri di sebuah toilet di SPBU bersama beberapa orang lainnya. Pada saat orang yang di dalam keluar, tiba-tiba seorang wanita berteriak-teriak, “Papa papa, papa dikatain banci!”.

“Mana-mana? Siapa yang bilang?”, kata si Papa.

“Ini, perempuan ini.”, ini si Mama yang ngomong sambil menunjuk-nunjuk seorang wanita dibelakangnya.

“Apa?!?”, si Papa tambah marah. “Mana suaminya? Mana suaminya?”, katanya lagi.

Awalnya saya kurang paham kenapa mereka tiba-tiba ribut seperti itu. Ternyata setelah saya amati, si Papa ini baru saja keluar dari toilet untuk wanita. Dan wanita yang ditunjuk si Mama ngomong, “Kok di toilet wanita sih? Banci kali.”, katanya tanpa mengetahui di depannya adalah si Mama. Karuan saja si Mama yang membanggakan kejantanan suaminya tidak terima dengan omongan itu dan mengadukannya ke si Papa.

Sialnya, ternyata suami si wanita terdakwa ini sedang di dalam toilet juga. Tapi toilet pria. Keluar dari toilet dengan perasaan lega, tiba-tiba ditarik oleh si Papa dan diajak berkelahi. Dan akhirnya, berantemlah mereka di SPBU itu. Yang satu dengan emosinya karena dikatain banci, yang satu dengan kebingungannya kenapa keluar-keluar dari toilet diajak berantem. Jadilah tontonan gratis warga sekitar dan orang-orang yang masih ngantri ke toilet. Lumayan, daripada nganggur, mendingan ngantri sambil nonton, hehehe..

Terlepas dari si Papa benar atau salah karena masuk ke toilet untuk wanita, keributan itu dipicu oleh satu hal. Omongan. Yup, omongan yang tidak dikendalikan. Diucapkan begitu saja. Saya pikir sudah selayaknya omongan kita dijaga. Sudah banyak contoh keributan, kekacauan, atau demonstrasi besar-besaran hanya karena omongan yang tidak dijaga.

Mulutmu harimaumu. Itu terbukti pada kejadian yang saya alami waktu itu. Omongan yang hanya berupa kata-kata tadi bisa berakibat pada kerusakan fisik karena babak belurnya kedua Papa tadi.

Omongan, lisan, yang keluar dari mulut kita, memang harus dijaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun