Mohon tunggu...
Adoel Aziz
Adoel Aziz Mohon Tunggu... -

untuk menjadi lebih manfaat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dharma, Sankhara dan Vinanna

11 Mei 2011   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membaca ke-3 kata tersebut saya mulai tertarik untuk mencari dan ingin mengetahui lebih jelas sebenarnya apa makna dan maksud istilah tersebut. Sunarto menulis sebuah tulisan yang dimasukkan dalam kumpulan tulisan-tulisan yang berjudul “Agama, Kebudayaan dan Pendidikan”. Buku tersebut berisi sejumlah pemikiran-pemikiran dari seorang yang cukup mumpuni dibidangnya masing-masing, mulai dari agama, budaya, pendidikan sampai pada konflik atas nama pluralitas, dan lain lain.

Sunarto menulis tentang sebuah keindahan, keharmonisan, kenyamanan dalam sebuah proses kehidupan seorang individu sosial. Tulisan ini diberi judul “Kedamaian Sejati Manusia”, di dalam serangkaian proses kehidupan seseorang, damai merupakan suatu keadaan yang sangat diharapkan. Dalam damai terkadang muncul paranoid berbanding terbalik yaitu suatu keadaan yang di dalamnya terdapat penderitaan, kesengsaraan, konflik, dan lain sebagainya.

Kondisi yang diungkap dalam sebuah tulisan diatas, pada dasarnya semua kondisi, semua keadaan berasal atau muncul dari diri kita sendiri, hal baik maupun buruk. Apapun bentuk keburukan, kesengsaraan, penderitaan itu harus dapat diminimalisir dengan tujuan dalam diri kita dapat segera menemukan keharmonisan dan kedamaian yang sejati. Segala macam peneyebab tersebut dapat dihapus dengan mengikuti Jalan Dharma.

Dalam kitab kuno telah dijelaskan definisi tentang “Dharma”, Dharma adalah sifat atau alam dari apa yang ada dipikiran baik hal yang bajik maupun yang tidak bajik(S.N. Goenka dalam Lanny, 4:1997). jadi sifat dari isi pikiran kita disebut dengan Dharma. Pada intinya, apabila kita menghendaki kehidupan yang harmonis, damai, rukun, maka hendaknya kita menghilangkan pikiran yang negatif, seperti kenbencian, permusuhan, ataupun niat buruk.

Sankhara, sankhara adalah buah pikir yang terpadu, tindakan-tindakan yang berkehendak atau perpaduan dan asosiasi buah-buah pikir yang menggairahkan pikiran. Pikiran-pikiran ini yang menghubungkan kejadian-kejadian masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang, sehingga pikiran akan masuk dan terseret dalam buah-buah pikir yang diciptakanya sendiri karena sankhara memiliki cara sendiri untuk menambah rangsangan dalam imajinasi.

Kerja sankhara didukung dan digerakkan oleh kekotoran batin dan nafsu keinginan, sankhara bekerja untuk masa kini dan masa depan dan sankhara bekerja dengan baik untuk masa depan, karena pikiran selalu menginginkan hal yang lebih baik, lebih banyak dan lebih memuaskan. Ke tacit-an imajinasi yang melahirkan khayalan-khayalan yang luar biasa besar, tak jarang pikiran dibodohi dan diporak-porandakan oleh kekotoran batin dan sankhara, karena pikiran-pikiran tersebut tersesat dan kehilangan kontak dengan realitas. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijaksanaan yang cukup untuk dapat merenung dan menemukan jalan solusi guna mencegah pikiran terhanyut dalam kekotoran duniawi, nafsu dan sankhara.

Vinanna, bagian pikiran terakhir yang merupakan kesadaran dan meliputi segala di dalam khanda fisik dan mental. Vinanna menyebar ke seluruh tubuh dan semua bagian pikiran dan berasal dari sinar yang datang daripikiran itu sendiri. Apapun yang ditangkap oleh panca indra kita akan ditranformasikan ke vinanna. Di dalam pikiran terdapat khanda-khanda atau wadah yang didalamnya menjadi tempat kekotoran batin dan nafsu keinginan yang menempel dan bersembunyi. Atom-atom parasit ini telah menjadi satu dengan unsur yang terdapat pikiran utama, sehingga untuk dapat mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian sejati di perlukan kebijaksanaan dan pemahaman untuk memisahkan antara sifat baik dan yang buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun