John Dion; 2017; Kupang-Kayu Putih
Kalau bukan karena kami, akankah engkau di sana?
Lalu kalau bukan untuk kami, untuk apa kau di sana?
Kalau bukan tentang kami, tentang apa engkau bicara di sana?
Lalu kenapa engkau sepertinya jauh dari hati kami?
Untukmu yang di Senayan;
Apakah arti politik itu bagimu?
Apakah arti moral itu bagimu?
Apakah moral itu penting dalam politikmu?
Sekarang kami sudah muak, oh... kau yang di Senayan.
Nama kami engkau jual.
Uang kami engkau korupsi.
Nasib kami pun engkau gadaikan untuk hasrat dan nafsumu.
Sekarang kami malu.
Engkau yang mewakili kami semua menjadi lain.
Suka mencuru, padahal kami tidak.
Suka menuduh, padahal kami tidak.
Suka kongkalikong, padahal kami tidak.
Suka memakai narkotika, padahal kami tidak.
Sudah mencatut, padahal kami tidak.
Layakkah engkau mewakili kami?
Cukup..... cukup sudah...
Sadar..... sadarlah sudah....
Kami sudah muak...... malu hati kami.....
Karena Senayan yang merupakan tempat terhormat itu engkau jadikan sarang tikus.
Apa artinya doa bagimu? Itu yang kami kirimkan!
Apa artinya harapan bagimu? Itu yang kami harapkan!
Apa artinya kepercayaan bagimu? Itu yang kami berikan!
Terima dan jagalah semuanya. Sebab hanya kita yang manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI