A. Definisi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi Sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara bertingkat. Sering juga disebut sebagai lapisan antar masyarakat, Stratifikasi Sosial sangat penting dalam pembedaan golongan. Ini terkait dengan konsep kekuasaan yakni ada kelompok orang berkuasa atas kelompok orang lain berdasarkan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat (prestige). Artinya, seseorang dapat berada di lapisan yang lebih tinggi apabila memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain.  Hal sangatlah wajar terjadi terjadi, saat dalam kehidupan kemasyarakatan sehari-hari  terdapat beragam perbedaan antar satu individu dengan lainya atau dengan kelompok lain.
Jika dijelaskan lebih rinci, Stratifikasi berasal dari kata stratum yang artinya adalah lapisan sedangkan sosial artinya masyarakat. Jadi menurut asal katanya stratifikasi sosial adalah lapisan masyarakat. Gejala penggolongan masyarakat yang bersifat hierarki vertikal berakibat timbulnya kelaskelas sosial sehingga muncullah istilah kelas sosial atas (upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class). Setiap masyarakat akan selalu mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu. Oleh karena itu gejala tersebutlah yang menimbulkan adanya lapisan sosial dalam masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Stratifikasi sosial telah menjadi fokus kajian dalam ilmu sosiologi, dan berbagai ahli telah memberikan kontribusi penting dalam memahami konsep ini. Berikut adalah pandangan beberapa tokoh terkemuka:
1. Astrid S. Susanto menyatakan bahwa konsep stratifikasi sosial adalah hasil dari kebiasaan hubungan yang teratur dan terstruktur antara orang-orang, sehingga setiap orang memiliki situasi yang menentukan hubungan dengan orang-orang dalam dimensi vertikal atau horizontal.
2. Bruce J. Cohen Stratifikasi, sosial adalah penempatan individu sesuai dengan kualitas yang diinginkan, yang mereka miliki, dan menempatkan mereka di kelas sosial yang sesuai. Kualitas yang diinginkan ini bisa ditentukan oleh kebudayaan asal orang itu tinggal.
3. Dr. Robert M.Z, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam hierarki, menurut aspek kekuasaan, hak istimewa, dan prestise.
B. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial
Struktur lapisan sosial ini tidak hanya memengaruhi kondisi ekonomi individu tetapi juga membentuk identitas sosial serta peluang hidup mereka. Misalnya, individu dari kelas atas cenderung memiliki akses lebih baik terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan jaringan profesional yang dapat mendukung kemajuan karier mereka. Sebaliknya, individu dari kelas bawah mungkin mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dasar tersebut, yang dapat memperpetuasi siklus kemiskinan.
Proses terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: stratifikasi yang terbentuk dengan sendirinya dan stratifikasi yang sengaja disusun. Stratifikasi yang terbentuk secara alami biasanya diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti kepandaian, tingkat umur (senioritas), sifat keaslian keanggotaan, dan kepemilikan harta yang diwariskan. Dalam konteks ini, individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau keterampilan khusus sering kali mendapatkan pengakuan dan posisi yang lebih baik dalam struktur sosial. Misalnya, seorang profesional dengan gelar tinggi dan pengalaman luas cenderung dihormati dan memiliki akses lebih besar terhadap peluang kerja dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendidikan rendah.
Faktor usia juga sangat berpengaruh dalam pembentukan stratifikasi sosial. Dalam banyak budaya, individu yang lebih tua sering kali dihormati dan dianggap memiliki kebijaksanaan serta pengalaman lebih banyak. Oleh karena itu, mereka sering kali menempati posisi yang lebih tinggi dalam hierarki sosial. Misalnya, dalam komunitas tradisional, para pemimpin adat biasanya adalah orang-orang tua yang diakui karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam mengelola urusan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa stratifikasi sosial dapat muncul dari nilai-nilai budaya dan tradisi yang mengedepankan penghormatan terhadap usia dan pengalaman.
Selain itu, kepemilikan harta warisan juga berperan penting dalam menciptakan stratifikasi sosial. Individu dari keluarga kaya biasanya memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya, pendidikan berkualitas, dan peluang ekonomi. Ini menciptakan kesenjangan antara mereka yang memiliki kekayaan dan mereka yang tidak. Sebagai contoh, anak-anak dari keluarga kaya dapat melanjutkan pendidikan di sekolah-sekolah elit, sementara anak-anak dari keluarga kurang mampu mungkin harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan dasar. Dengan demikian, warisan kekayaan tidak hanya memengaruhi status sosial individu tetapi juga memperpetuasi siklus ketidaksetaraan dalam masyarakat.
Di sisi lain, stratifikasi sosial juga dapat terjadi melalui proses yang sengaja disusun, terutama dalam konteks organisasi formal. Dalam organisasi tersebut, terdapat pembagian kekuasaan dan wewenang resmi yang menciptakan struktur hierarkis. Misalnya, dalam sebuah perusahaan atau lembaga pemerintahan, seorang ketua bertindak sebagai pucuk pimpinan yang bertugas mengoordinasikan seluruh bagian organisasi. Di bawah ketua terdapat wakil ketua, sekretaris, dan bendahara yang masing-masing memiliki peran spesifik untuk mendukung operasional organisasi. Pembagian peran ini menciptakan lapisan sosial di dalam organisasi tersebut, di mana setiap posisi memiliki tingkat otoritas dan tanggung jawab yang berbeda.
Struktur hierarkis ini tidak hanya mencerminkan status individu tetapi juga mencerminkan dinamika kekuasaan dalam organisasi. Setiap anggota organisasi memiliki peran penting sesuai dengan posisi mereka, dan hal ini mempengaruhi cara mereka berinteraksi satu sama lain. Dalam konteks ini, stratifikasi sosial berfungsi untuk memastikan bahwa setiap fungsi dalam organisasi dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Oleh karena itu, baik stratifikasi yang terbentuk secara alami maupun yang sengaja disusun memainkan peranan penting dalam membentuk struktur sosial masyarakat serta interaksi antarindividu di dalamnya. Memahami kedua proses ini sangat penting untuk menganalisis dinamika sosial dan ketidaksetaraan yang ada di masyarakat kita saat ini.
C. Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
Proses terbentunknya stratifikasi sosial terjadi melalui dua cara terjadi secara alamiah selaras dengan pertumbuhan masyarakat, dan terjadi secara disengaja atau direncanakan manusia. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial ada beberapa salah satunya yakni dari Ukuran kekayaan merupakan salah satu kriteria penting dalam stratifikasi sosial, yang merujuk pada kepemilikan harta benda seseorang yang dilihat dari jumlah materiil. Kekayaan materi atau kebendaan ini menjadi indikator utama dalam penempatan individu dalam lapisan-lapisan sosial. Dalam masyarakat, individu yang memiliki kekayaan paling banyak biasanya akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, sedangkan mereka yang tidak memiliki kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang lebih rendah. Ukuran kekayaan ini dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti bentuk tempat tinggal, jenis kendaraan, barang-barang tersier yang dimiliki, serta gaya hidup dan kebiasaan berbelanja. Misalnya, seseorang yang tinggal di rumah mewah dengan kendaraan pribadi yang mahal cenderung dianggap lebih tinggi dalam stratifikasi sosial dibandingkan dengan mereka yang tinggal di rumah sederhana.
Selain ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan dan wewenang juga memainkan peran penting dalam stratifikasi sosial. Kekuasaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengatur dan menguasai sumber daya, baik itu dalam konteks pemerintahan maupun organisasi. Individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan lebih besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial. Dalam banyak kasus, kekuasaan dan kekayaan saling terkait; orang kaya sering kali memiliki pengaruh lebih besar dan dapat mengendalikan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, mereka yang memiliki kekuasaan juga dapat mendatangkan kekayaan melalui kontrol atas sumber daya dan keputusan strategis. Contohnya adalah pejabat pemerintah atau pemimpin perusahaan yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan yang berdampak luas.
Ukuran kehormatan juga merupakan faktor penting dalam stratifikasi sosial. Kehormatan dapat diukur dari gelar kebangsawanan atau pengakuan masyarakat terhadap individu tertentu. Orang-orang yang dihormati dan disegani biasanya menempati lapisan atas dalam sistem pelapisan sosial. Dalam masyarakat tradisional, ukuran kehormatan ini sering kali diberikan kepada mereka yang telah berkontribusi besar bagi komunitas, seperti tokoh agama atau pemimpin adat. Oleh karena itu, kehormatan tidak hanya ditentukan oleh kekayaan tetapi juga oleh jasa dan perilaku baik seseorang. Dalam konteks modern, meskipun kekayaan dapat meningkatkan status kehormatan seseorang, kontribusi nyata terhadap masyarakat tetap menjadi aspek penting dalam mendapatkan pengakuan.Selanjutnya,
 ukuran ilmu pengetahuan berperan signifikan dalam stratifikasi sosial. Di masyarakat yang menghargai pendidikan, individu dengan tingkat pendidikan tinggi atau gelar akademik tertentu cenderung menempati posisi lebih tinggi dalam lapisan sosial. Penguasaan ilmu pengetahuan sering kali tercermin dalam profesi yang diemban seseorang, seperti dokter, insinyur, atau akademisi. Namun, ada fenomena negatif terkait ukuran ini, di mana gelar akademik kadang-kadang lebih dihargai daripada kualitas pengetahuan yang sebenarnya dimiliki individu tersebut. Hal ini mendorong beberapa orang untuk mencari cara-cara tidak etis untuk memperoleh gelar akademik, seperti membeli skripsi atau menggunakan ijazah palsu.Akhirnya, penting untuk memahami bahwa semua ukuran ini---kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan---saling berkaitan dan membentuk struktur stratifikasi sosial yang kompleks.
Masyarakat sering kali menciptakan norma dan nilai-nilai berdasarkan ukuran-ukuran ini, sehingga memengaruhi interaksi antarindividu dan kesempatan hidup mereka. Memahami proses dan kriteria stratifikasi sosial ini sangat penting untuk menganalisis dinamika sosial serta ketidaksetaraan yang ada di masyarakat saat ini. Dengan demikian, kesadaran akan faktor-faktor ini dapat membantu kita menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua anggotanya.
D. Karakteristik Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah fenomena yang menggambarkan penggolongan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda secara hierarkis. Menurut Syarbaini, terdapat tiga aspek utama yang menjadi karakteristik stratifikasi sosial, yaitu perbedaan dalam kemampuan, gaya hidup, serta hak dan akses terhadap sumber daya
.Aspek pertama dari stratifikasi sosial adalah adanya perbedaan dalam kemampuan individu. Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi umumnya memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berada di lapisan bawah. Misalnya, seorang direktur perusahaan tidak hanya memiliki pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga keterampilan manajerial yang mumpuni. Hal ini memungkinkan dia untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan terbaik di luar negeri. Sebaliknya, seorang petugas kebersihan di perusahaan tersebut mungkin mengalami kesulitan dalam membiayai pendidikan anaknya di sekolah dalam negeri karena gaji yang terbatas.
Selanjutnya, aspek kedua dari stratifikasi sosial adalah perbedaan gaya hidup yang berkembang di antara berbagai lapisan masyarakat. Individu yang berada di lapisan atas cenderung mengadopsi gaya hidup yang mencerminkan status mereka. Seorang direktur biasanya dituntut untuk selalu berpakaian rapi dan menggunakan atribut profesional seperti jas dari merek ternama dan aksesori mahal. Gaya hidup ini bukan hanya sekadar pilihan pribadi, tetapi juga mencerminkan identitas sosial dan status ekonomi mereka. Dalam konteks ini, gaya hidup menjadi simbol dari stratifikasi sosial yang membedakan antara kelas atas dan kelas bawah
Aspek ketiga dari stratifikasi sosial adalah perbedaan hak dan akses terhadap sumber daya serta fasilitas. Individu yang menduduki lapisan tinggi sering kali memiliki hak istimewa dan akses yang lebih luas dibandingkan dengan individu di lapisan bawah. Misalnya, pimpinan sebuah lembaga biasanya mendapatkan fasilitas seperti rumah dinas, kendaraan resmi, serta berbagai tunjangan lainnya. Sementara itu, pegawai dengan posisi lebih rendah tidak menikmati fasilitas serupa. Perbedaan ini menciptakan kesenjangan dalam kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat. Hal ini dapat berkontribusi pada ketidakadilan sosial, di mana individu dari lapisan bawah merasa terpinggirkan dan sulit untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.Stratifikasi sosial memiliki implikasi signifikan terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Ketiga aspek ini saling berinteraksi dan membentuk struktur sosial dalam masyarakat. Memahami karakteristik stratifikasi sosial penting untuk menganalisis dinamika sosial serta mencari solusi untuk mengurangi kesenjangan antar lapisan masyarakat.Untuk memahami lebih dalam mengenai stratifikasi sosial, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan fokus pada dampak stratifikasi terhadap mobilitas sosial dan kesejahteraan individu. Selain itu, analisis mengenai bagaimana kebijakan publik dapat mempengaruhi struktur stratifikasi juga menjadi topik penting untuk dieksplorasi demi menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.
Â
E. Jenis Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan yang berbeda secara hierarkis, yang mencerminkan perbedaan dalam hak, kewajiban, dan akses terhadap sumber daya. Menurut sosiolog Universitas Indonesia, Kamanto Sunarto, terdapat beberapa jenis stratifikasi sosial yang dapat ditemukan dalam masyarakat. Jenis-jenis ini biasanya terkait dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam konteks sosial tertentu, yakni:
1. Faktor Usia
Salah satu jenisnya adalah stratifikasi usia, yang merujuk pada pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan kelompok umur. Dalam stratifikasi ini, hak dan kewajiban individu dapat berbeda tergantung pada usia mereka. Misalnya, dalam banyak budaya, anak sulung sering mendapatkan prioritas dalam hal warisan dan tanggung jawab keluarga. Contoh yang jelas terlihat dalam sistem monarki, di mana Ratu Elizabeth II menjadi ratu karena dia adalah putri sulung Raja George VI. Stratifikasi usia ini dapat menciptakan perbedaan perlakuan antara generasi yang lebih tua dan lebih muda, di mana orang tua sering dihormati dan memiliki otoritas lebih besar, sementara generasi muda mungkin memiliki sedikit suara dalam pengambilan keputusan.
2. Faktor Kelamin
Jenis stratifikasi lainnya adalah stratifikasi jenis kelamin, yang berkaitan dengan perbedaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Dalam banyak masyarakat patriarkal, laki-laki sering kali memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih banyak akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik. Sebaliknya, dalam masyarakat matriarkal, perempuan dapat memiliki posisi dominan. Stratifikasi jenis kelamin ini juga berhubungan dengan isu-isu gender, seperti kekerasan berbasis gender dan diskriminasi di tempat kerja, di mana perempuan sering kali mengalami ketidaksetaraan dalam hal upah dan kesempatan.
3. Faktor Agama
stratifikasi agama juga memainkan peran penting dalam struktur sosial. Stratifikasi ini melibatkan pengelompokan individu berdasarkan agama atau kepercayaan yang dianut, di mana kedudukan suatu agama dapat mempengaruhi status sosial anggotanya. Di banyak negara, kelompok agama mayoritas sering kali mendapatkan perlakuan istimewa dalam hukum atau kebijakan publik. Hal ini dapat menyebabkan diskriminasi terhadap kelompok agama minoritas, menciptakan ketegangan antaragama dan konflik sosial yang berpotensi merusak harmoni masyarakat.
4. Faktor Etnis
Selain itu, stratifikasi etnis merujuk pada posisi kelompok etnis tertentu dalam masyarakat dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya. Dalam konteks ini, kelompok etnis mayoritas sering kali memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya ekonomi dan politik. Di negara-negara multietnis seperti Indonesia, terdapat perbedaan perlakuan antara suku-suku tertentu yang lebih dominan secara politik dibandingkan dengan suku-suku minoritas. Ketidakadilan ini dapat menyebabkan marginalisasi kelompok etnis tertentu serta menciptakan ketegangan dan konflik antar kelompok etnis.
5. Faktor Ras
stratifikasi ras menekankan pengelompokan masyarakat berdasarkan ras manusia sebagai dasar pembentukan struktur sosial. Jenis stratifikasi ini sering kali merupakan warisan dari periode imperialisme dan kolonialisme. Contohnya adalah politik apartheid di Afrika Selatan yang secara sistematis mendiskriminasi individu berdasarkan warna kulit mereka. Diskriminasi rasial tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga membentuk struktur sosial yang memperkuat ketidakadilan dan ketidaksetaraan sepanjang waktu.
Â
Secara keseluruhan, memahami berbagai jenis stratifikasi sosial ini sangat penting untuk menganalisis dinamika sosial serta merancang kebijakan yang bertujuan mengurangi ketidakadilan dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan setara. Upaya untuk mengatasi stratifikasi sosial harus mempertimbangkan konteks budaya dan sejarah masing-masing masyarakat agar dapat mencapai hasil yang efektif.
F. Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial memiliki beberapa fungsi penting dalam masyarakat yang beragam. Salah satu fungsi utama adalah distribusi hak istimewa yang bersifat objektif. Dalam konteks ini, hak-hak istimewa ditentukan berdasarkan berbagai faktor seperti tingkat kekayaan, penghasilan, keselamatan, dan kewenangan yang dimiliki seseorang dalam jabatan atau kedudukan tertentu. Dengan adanya distribusi ini, individu di dalam masyarakat dapat memahami posisi mereka dan hak-hak yang melekat pada status sosial yang mereka miliki. Hal ini menciptakan struktur yang jelas mengenai siapa yang memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya dan peluang dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, stratifikasi sosial juga berfungsi untuk menentukan prestise dan penghargaan yang diterima oleh individu dalam masyarakat. Sistem tingkatan strata sosial ini berhubungan langsung dengan bagaimana individu dipandang oleh orang lain berdasarkan kedudukan mereka. Penghargaan yang diberikan kepada seseorang, terutama bagi mereka yang menduduki posisi tinggi atau memiliki latar belakang tertentu, berfungsi sebagai insentif untuk mendorong individu tersebut melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Sebagai contoh, seseorang yang berasal dari keluarga kerajaan atau keraton berhak mendapatkan gelar kebangsawanan, yang tidak hanya menjadi simbol status tetapi juga memberikan penghargaan atas keturunannya.
Fungsi lain dari stratifikasi sosial adalah sebagai kriteria dalam sistem pertentangan. Dalam hal ini, stratifikasi memberikan dasar untuk menilai kualitas pribadi, hubungan keluarga, keanggotaan kelompok, serta wewenang dan kekuasaan yang dimiliki oleh individu. Kriteria ini sangat penting dalam menentukan bagaimana individu berinteraksi satu sama lain dan bagaimana konflik dapat muncul dalam masyarakat. Misalnya, individu dengan latar belakang keluarga berpengaruh mungkin lebih mudah mendapatkan dukungan atau pengakuan dibandingkan dengan individu dari latar belakang yang kurang dikenal.
Stratifikasi sosial juga berfungsi untuk menentukan simbol status dan kedudukan seseorang. Setiap strata sosial ditandai dengan simbol-simbol tertentu yang menunjukkan posisi mereka dalam hierarki sosial. Simbol-simbol ini dapat berupa pakaian, gaya hidup, atau bahkan cara berbicara. Misalnya, individu dari kalangan borjuis biasanya akan menunjukkan tingkah laku dan cara berpakaian yang berbeda dibandingkan dengan mereka dari strata sosial yang lebih rendah. Perbedaan ini menciptakan identitas sosial yang kuat dan mempengaruhi interaksi antarindividu di dalam masyarakat.
Selanjutnya, stratifikasi sosial membantu menentukan tingkat kemudahan atau kesulitan seseorang dalam bertukar kedudukan dalam struktur sosial. Dengan adanya stratifikasi ini, masyarakat dapat memahami langkah-langkah yang perlu diambil untuk berpindah dari satu strata ke strata lainnya. Mobilitas sosial menjadi lebih terstruktur dan terarah, di mana individu dapat merencanakan langkah-langkah untuk meningkatkan status sosial mereka melalui pendidikan, pekerjaan, atau jaringan sosial.
Fungsi keenam dari stratifikasi sosial adalah sebagai alat solidaritas antarindividu atau antar kelompok. Dalam konteks ini, stratifikasi dapat berfungsi sebagai pemersatu bangsa dengan mengkoordinasikan serta mengharmonisasikan setiap unit dalam struktur sosial tersebut. Ketika individu memahami posisi mereka dalam stratifikasi sosial, mereka cenderung merasa lebih terikat dengan kelompoknya dan lebih siap untuk bekerja sama demi kepentingan bersama. Hal ini penting untuk menciptakan stabilitas sosial dan mengurangi potensi konflik di antara berbagai kelompok.
Secara keseluruhan, fungsi-fungsi stratifikasi sosial sangat penting dalam membentuk struktur masyarakat dan interaksi antarindividu. Dengan memahami berbagai fungsi ini, kita dapat lebih baik menganalisis dinamika sosial serta mencari cara untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Stratifikasi tidak hanya menciptakan perbedaan tetapi juga memberikan kerangka kerja bagi individu untuk memahami posisi mereka dan berkontribusi pada kesejahteraan bersama.
G. Dampak Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial, meskipun sering kali dianggap sebagai bagian dari struktur masyarakat yang alami, membawa sejumlah dampak negatif yang signifikan bagi individu dan komunitas secara keseluruhan. Salah satu dampak paling mencolok adalah kesenjangan sosial dan ekonomi yang menciptakan jurang pemisah antara kelas-kelas sosial. Kelas atas, yang memiliki akses lebih baik terhadap sumber daya, pendidikan, dan peluang kerja, sering kali menikmati kehidupan yang lebih nyaman dan berkualitas tinggi. Sebaliknya, kelas bawah terjebak dalam kondisi kemiskinan, dengan akses terbatas terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak.
Ketidakadilan ini tidak hanya merugikan individu dari kelas bawah tetapi juga menghambat kemajuan sosial dan ekonomi secara keseluruhan, karena potensi yang terpendam dalam kelompok tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.Selain itu, stratifikasi sosial sering kali menyebabkan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu yang dianggap berada di lapisan sosial lebih rendah. Diskriminasi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari perlakuan tidak adil dalam lingkungan kerja hingga stereotip negatif yang melekat pada individu berdasarkan status sosial mereka. Misalnya, individu dari kelompok etnis atau ras tertentu mungkin mengalami stigma yang menghalangi mereka untuk mendapatkan kesempatan pendidikan atau pekerjaan yang setara.
Diskriminasi ini tidak hanya berdampak pada kehidupan individu tetapi juga memperburuk ketegangan antar kelompok dalam masyarakat.Dampak negatif lainnya adalah stres psikologis yang dialami oleh individu dari lapisan sosial rendah. Tekanan untuk memenuhi harapan sosial dan ekonomi yang tinggi sering kali menciptakan perasaan tidak berdaya dan tertekan. Individu dalam situasi ini mungkin merasa terjebak dalam siklus kemiskinan tanpa harapan untuk perbaikan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental serius seperti depresi dan kecemasan. Stres ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental individu tetapi juga dapat berdampak pada hubungan interpersonal dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Lebih jauh lagi, perbedaan status sosial sering kali memicu konflik sosial antara kelompok-kelompok yang berbeda. Ketimpangan dalam kekayaan dan kekuasaan dapat menimbulkan ketegangan dan persaingan antara kelas atas dan bawah. Misalnya, ketika kelompok dengan status lebih tinggi berusaha mempertahankan kekuasaan mereka dengan cara menindas kelompok bawah, konflik terbuka dapat terjadi.
Ketegangan ini dapat mengarah pada kerusuhan sosial atau bahkan kekerasan, menciptakan lingkungan yang tidak stabil bagi semua anggota masyarakat.Salah satu konsekuensi penting dari stratifikasi sosial adalah mobilitas sosial yang terbatas bagi individu dari lapisan bawah. Mereka yang lahir dalam keluarga dengan status rendah sering kali kesulitan untuk naik ke lapisan sosial yang lebih tinggi karena terbatasnya akses terhadap pendidikan berkualitas dan peluang ekonomi.
Hal ini menciptakan siklus kemiskinan di mana generasi berikutnya tetap terjebak dalam kondisi yang sama tanpa harapan untuk perbaikan. Mobilitas sosial yang rendah juga dapat memperkuat rasa putus asa di kalangan individu, sehingga mengurangi motivasi untuk berusaha mencapai tujuan hidup mereka.Akhirnya, stratifikasi sosial dapat menyebabkan disintegrasi sosial, di mana kelompok-kelompok dalam masyarakat menjadi semakin terpisah satu sama lain.
Ketidakmampuan untuk membangun solidaritas antar kelompok dapat menghambat kerja sama dan pembangunan kepercayaan dalam masyarakat secara keseluruhan. Ketika individu merasa terasing dari kelompok lain karena perbedaan status sosial, hal ini dapat memperburuk ketegangan antar kelompok dan mengurangi kohesi sosial.Secara keseluruhan, dampak negatif dari stratifikasi sosial sangat kompleks dan beragam. Kesenjangan ekonomi, diskriminasi, stres psikologis, konflik sosial, mobilitas terbatas, dan disintegrasi sosial adalah beberapa contoh bagaimana stratifikasi dapat merugikan individu dan masyarakat.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan kebijakan yang mendorong kesetaraan kesempatan serta mengurangi ketimpangan antara kelas-kelas sosial. Upaya-upaya ini diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis bagi semua anggotanya, sehingga setiap individu memiliki kesempatan untuk mencapai potensi penuh mereka tanpa terhalang oleh batasan-batasan stratifikasi sosial.
H. Sifat Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan yang berbeda berdasarkan kriteria tertentu, seperti kekayaan, kekuasaan, dan kehormatan. Masing-masing bentuk ini memiliki karakteristik yang berbeda dan mempengaruhi mobilitas sosial individu dalam masyarakat.
Bentuk yang pertama yakni, Stratifikasi sosial terbuka yang ditandai oleh mobilitas yang tinggi dan kesempatan bagi individu untuk berpindah antar strata sosial, baik secara horizontal maupun vertikal. Dalam sistem ini, setiap anggota masyarakat memiliki peluang untuk meningkatkan status sosialnya melalui usaha dan pencapaian pribadi. Contoh: Seorang staf kantor biasa yang berhasil mendapatkan promosi menjadi manajer setelah menunjukkan kinerja yang baik. Demikian juga, seorang anak dari keluarga kurang mampu yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan akhirnya berhasil meraih pekerjaan bergengsi.
* Karakteristik utama dari stratifikasi terbuka adalah:
- Individu dapat naik atau turun dalam lapisan sosial berdasarkan usaha dan hasil kerja
- Sistem ini memungkinkan perubahan status sosial seiring dengan perubahan keadaan individu
- Pencapaian individu diakui sebagai faktor utama dalam menentukan status sosial
Â
Berbeda dengan stratifikasi terbuka, stratifikasi sosial tertutup bersifat diskriminatif dan membatasi mobilitas vertikal. Dalam sistem ini, individu biasanya terikat pada lapisan sosial tempat mereka dilahirkan, sehingga sulit untuk berpindah ke lapisan lain. Contoh: Sistem kasta dalam masyarakat Hindu, di mana seseorang terlahir dalam kasta tertentu dan tidak dapat berpindah ke kasta lain. Contoh lain adalah sistem warisan kerajaan di mana keturunan raja atau ratu otomatis mewarisi tahta.
* Karakteristik utama dari stratifikasi tertutup adalah:
- Mobilitas vertikal sangat terbatas; perpindahan antar strata hanya mungkin melalui kelahiran
- Status sosial ditentukan oleh garis keturunan, bukan oleh usaha individu
Â
Dan selanjutnya yakni, Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi terbuka dan tertutup. Dalam sistem ini, meskipun terdapat batasan tertentu, individu masih memiliki peluang untuk berpindah strata dengan cara tertentu. Contoh: Di Bali, meskipun ada sistem kasta yang ketat, individu dari kasta rendah dapat berpindah ke daerah lain di mana sistem kasta tidak diterapkan. Ini memberikan mereka kesempatan untuk meraih status yang lebih tinggi di lingkungan baru.
* Karakteristik utama dari stratifikasi campuran adalah:
- Meskipun ada batasan, individu masih dapat mencari peluang di luar lingkungan asal mereka
- Perpindahan dapat terjadi ketika individu pindah ke wilayah dengan sistem stratifikasi yang lebih terbuka
I. Contoh Kasus Stratifikasi Sosial Pada Masyarakat Indonesia
Stratifikasi sosial di Indonesia dapat dilihat melalui berbagai contoh yang mencerminkan perbedaan kelas dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh kasus stratifikasi sosial yang terjadi di Indonesia:
Â
1. Sistem Kasta di Masyarakat Bali
Salah satu contoh stratifikasi sosial yang paling jelas di Indonesia adalah sistem kasta yang ada di Bali. Masyarakat Bali mengenal empat tingkatan kasta, yaitu Brahmana (pendeta dan pemimpin spiritual), Ksatria (penguasa dan pejabat militer), Waisya (pedagang dan petani), dan Sudra (pekerja kasar dan buruh). Dalam sistem ini, seseorang yang terlahir sebagai Sudra tidak memiliki kesempatan untuk naik ke kasta yang lebih tinggi, sehingga mobilitas sosial sangat terbatas. Sistem ini menciptakan perbedaan yang signifikan dalam hak, kewajiban, dan akses terhadap sumber daya bagi setiap kasta.
Â
2. Sistem Feodal pada Masyarakat Toraja dan Nias
Contoh lain dari stratifikasi sosial di Indonesia dapat ditemukan pada masyarakat adat Toraja dan Nias, yang masih menerapkan sistem feodal. Dalam konteks ini, status sosial seseorang ditentukan oleh garis keturunan dan posisi keluarga dalam hierarki sosial. Misalnya, anggota keluarga bangsawan atau pemimpin adat memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya, kekuasaan, dan penghormatan dibandingkan dengan anggota masyarakat biasa. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam kesempatan hidup dan akses terhadap pendidikan serta pekerjaan.
Â
3. Kekayaan dan Mobilitas Sosial
Di banyak daerah di Indonesia, stratifikasi sosial juga terlihat dari perbedaan kekayaan. Misalnya, seorang pedagang kecil yang berhasil mengembangkan usahanya menjadi pengusaha besar akan mengalami peningkatan status sosial yang signifikan. Di sisi lain, anak seorang tukang becak yang menempuh pendidikan tinggi dapat meningkatkan status sosial keluarganya. Contoh ini menunjukkan bahwa meskipun ada stratifikasi berdasarkan kekayaan, masih ada peluang bagi individu untuk berpindah kelas melalui pendidikan atau pengembangan usaha.
Â
4. Stratifikasi Sosial dalam Komunitas Nelayan
Dalam masyarakat nelayan di Indonesia, stratifikasi sosial juga dapat diamati berdasarkan penghasilan dan peran dalam komunitas. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa juragan (pemilik kapal) memiliki penghasilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan buruh nelayan. Meskipun terdapat perbedaan penghasilan, interaksi antaranggota masyarakat nelayan cenderung egaliter tanpa diskriminasi yang mencolok. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada stratifikasi berdasarkan kekayaan, solidaritas sosial tetap terjaga dalam komunitas tersebut.
Â
5. Perbedaan Pendidikan sebagai Faktor Stratifikasi
Pendidikan juga merupakan faktor penting dalam stratifikasi sosial di Indonesia. Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering kali mendapatkan penghormatan lebih besar dalam masyarakat dan memiliki akses lebih baik terhadap pekerjaan yang menguntungkan. Namun, terdapat tantangan bagi anak-anak dari keluarga nelayan atau kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan tinggi karena keterbatasan ekonomi dan pandangan bahwa mereka akan tetap bekerja sebagai nelayan meskipun berpendidikan.
Â
6. Stratifikasi Sosial Campuran
Dalam beberapa kasus, stratifikasi sosial di Indonesia bersifat campuran, di mana elemen-elemen dari sistem terbuka dan tertutup saling berinteraksi. Misalnya, seseorang mungkin terlahir dalam kasta tertentu tetapi dapat meningkatkan statusnya melalui prestasi pendidikan atau keberhasilan dalam bisnis. Namun, ketika kembali ke komunitas asalnya, status baru tersebut mungkin tidak sepenuhnya diterima jika masih terikat pada norma-norma tradisional yang berlaku.
Â
Melalui contoh-contoh ini, kita dapat melihat bagaimana stratifikasi sosial beroperasi dalam konteks budaya dan ekonomi di Indonesia. Meskipun ada tantangan terkait mobilitas sosial, faktor-faktor seperti pendidikan dan usaha individu tetap memainkan peran penting dalam menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H