Suatu ketika saat jam ibadah, gawai berdering. Tumben hari Minggu ada telpon, pikirku.
"Halo, halo, kamu Reni kan. Tahu gak kalau si Dena itu bedebah, pinjam uang lalu kabur,....." suaranya nyerocos terus.
Belum selesai bicara, saya potong. "Saya sedang ibadah!" lalu saya matikan hp.
Usai ibadah, iseng saya amati nomor panggilan itu. Terlintas bertanya, siapa gerangan si penelpon itu?
O, tak cukup menelponku, ia mengirim pesan. Terang sudah, wanita itu dari sebuah pinjaman online (pinjol).
Si staf ini menyebut nama Dena. Dena ternyata mantan stafku 7 tahun lalu di pulau sebrang. Saya pun tidak mengetahui lagi keberadaan dirinya.
Bentuk teror ini bukan pertama kali saya hadapi. Di kemudian hari, penelpon senada terjadi lagi. Bahkan nama-nama pelanggan disebut-sebut.
Jauh sebelum adanya si penelpon gelap itu, saya benar-benar gak ngeh apa sih pinjol itu.
Saya tanya kolega dan saya berikan isi SMS yang bombastis itu. Ternyata kawan menerima kejadian serupa. Kami korban ulah peminjam online.
Terlintas, bagaimana mereka mengetahui nomor hpku? Jelas saja, nomorku tak pernah berganti selama bertahun-tahun.