Bagi seorang hotelier marketing, semakin gencar bertemu pelanggan, semakin asyik ia bekerja. Tersebab sukses atau tidaknya akan tergantung kepada pelanggan.
Ada es cendol, ada es dawet. Ada pelanggan yang manis, ada juga yang cerewet, ribet. Setiap waktu ada saja pelanggan bergaya eksentrik, mereka yang berperangai menyolok. Kadang kita dibuat kewalahan.
Suara melengking tamu di restoran, minta diperhatikan ekstra. Teriakan pria di lobi karena tak sabar menunggu kunci kamar. Itulah contoh tamu yang nyentrik.
Nyentrik bukan disebabkan cara pelayanan tidak memuaskannya. Bukan! Tapi cenderung menonjolkan karakter seseorang dalam menyikapi suatu hal. Di tengah kondisi yang baik-baik saja, ia bisa berulah.
Sebagai hotelier marketing, bangga rasanya jika dikenal pelanggan. Tahu belum tentu kenal. Ya, dikenal baik itulah modal utama penjual.
Itu sebabnya ada sales call atau disebut juga blusukan, aktivitas utama (sebelum pandemi).
Agar dikenal pelanggan, seorang penjual tidaklah mudah. Selain perlu jam terbang juga ada skill khusus.
Apakah tamu nyentrik itu aneh? Coba tengok di sekeliling kita. Pasti ada saja tamu nyentrik. Persona bergaya eksentrik pasti menyedot perhatian. Namun mendatangkan keuntungan juga lho.
Siapakah mereka yang berperilaku nyentrik itu?
Mereka yang berkarakter bagai:
Kacang miang
Ibu Berta dari perusahaan Gunung Imprit, menghubungi Riri -- sales manager Hotel Celeste. Menurutnya, bos marketing telah menyetujui diskon 30% untuk acara pertemuan nanti.