Hari itu rencana libur Idul Adha kugagalkan. Bos menyuruhku tugas, mengambil alih tanggung jawabnya. Sementara ia pulang kampung ke Jember.
"Ada 11 sapi dan 20 kambing yang mesti kuurus, Ren," jelasnya.
"Ya sudah, saya jaga kandang aja," maksudku jaga di hotel, tempatku berladang.
Pak Deni, bos ku punya puluhan sapi dan kambing di kampungnya. Sanak saudara yang mengurusnya hingga beranak pinak, sementara dirinya selalu berkelintaran di berbagai hotel.
Sebulan lalu, ia mengirimkan foto-foto di ladang saat cuti seminggu. Aku memang bangga punya bos yang rendah hati serta apa adanya.
Tiada yang ditutupi dari kegiatannya selama cuti. Setiap pagi selalu saja ada salam penyemangat dari kata-katanya dan foto-foto dari kampungnya.
Orang tak menyangka, ia yang selalu dekat dengan para pesohor, yang memiliki jabatan puncak di hotel namun tetap bersahaja. Ia cakap melakukan pekerjaan di desa. Mencangkul, menyabit rumput untuk ternak sapi dan kambing peliharaannya.
Jika bos kembali ke hotel, warna kulit menggelap sebagai tanda pulang kampung.
Di tahun berikutnya kala peringatan Hari Idul Adha, Pak Deni tidak pulang kampung.
"Kalau Reni mau balik kampung, sila. Saya giliran jaga warung," katanya.