Niat makan siang di kantin akhirnya kugagalkan. Hari itu saya mentraktir 3 teman. Kami memilih restoran di salah satu hotel, pasalnya seorang teman kangen makan nasi goreng ala restoran hotel.
Menunya ala carte, pilih sesuai selera. Temanku tetap memilih nasi goreng spesial. Topingnya ayam goreng, sate ayam 2 tusuk, telur setengah matang, acar, kerupuk udang. Sederhana tapi maknyus. Don memakannya lahap.
Sedang asyik makan tetiba Don berhenti melahap lalu mengambil air minum. Nasi goreng spesial masih tersisa setengahnya.
"Kenapa tak dihabiskan, Don. Gak enak?" tanyaku curiga.
"Lagi bad mood," jawabnya pelan. Suasana hatinya berubah buruk. Saya curiga Don menyimpan sesuatu.
Untuk mencairkan suasana, saya berikan daftar menu lain, mungkin ia tertarik makanan lain. Don memilih pudding coklat.
Usai kami makan, tanpa berbasa-basi Don menunjuk sehelai rambut di balik telur mata sapi. Duh!
"Ya, aku jadi hilang selera!" tambahnya.
Kami bergeming. Saya langsung ke kasir hendak membayar sekaligus menyampaikan komplain Don. Tak lama, kasir memanggil manajer restoran.
Saya memintanya memeriksa rambut di nasi goreng itu. Sesak mundur, hendak lari malu, hendak menghambat tak lalu. Sudah tak dapat berbantah. Muka sang manajer seperti udang dipanggang.