Tadi pagi sepertinya Dena sehat-sehat saja. Sepuluh menit menuju ruang meeting, langsung menggigil. Absen, lalu istirahat di kantor. Lemas, katanya. Bulan lalu mendadak pusing, sekarang demam. Duh!
Siang itu laporan bulanan Room Nite Production tim marketing. Sudah pasti setiap anggota harus mempresentasikan capaiannya.
Ada susah ada senang, karyawan kadang dilanda suasana suntuk. Pekerjaan bertumpuk, tiada dapat menolak. Lihat bos kadang gemas, lihat rekan kerja kadang sewot.
Jikalau suasana hati membuncah, harus segera rem!. Jangan sampai terjadi hal yang lebih buruk. Menjaga mood itu gampang-gampang susah. Hal sepele bisa membesar. Tersinggung sedikit di antara rekan kerja, saling diam.
Namun ada jalan untuk mempersempit ruang kebosanan walau tidak 100% cespleng. Obat ini manjur untuk menghalau kondisi on top of boredom. Kebosanan yang teramat sangat. Mau ketawa enggan, senang juga engga, muka kecut, lalu maunya apa? Nanti saya beri tahu ya.
Banyak dari kita, termasuk saya gak sadar sebetulnya gaya kita menyikapi kenyataan ini yaitu bagaimana mengembalikan mood yang down di tengah lalu lintas kesibukan.
Ratna tiba-tiba bicara seperlunya hari itu. Saat briefing sore, muka masam, entah siapa biang keroknya. Sepintas dapat ditebak, pasti ada sesuatu yang tak beres.
Usai jam kerja ia memilih pulang terlambat.
"Begini, Ibu kan tahu, rumah saya jauh sekali. Bangun jam empat setiap hari, supaya gak terlambat ke kantor, pulang sering malam. Semua sudah saya kerjakan demi hotel. Kali ini saya terpikir, saya kekurangan terus tiap bulan. Kalau boleh, saya minta naik gaji, Bu"
"Kapan terakhir naik gaji?"