Merasa laku banyak tawaran kerja disana sini, aku merasa selalu berada di atas angin. Usai jeda, berlanjut menuju petualangan berikutnya.
Namun suatu hari, aku terjepit dalam situasi pelik. Aku terdampar di sebuah hotel di pulau sebrang. Yakinkah kudapat melaluinya?
Berawal dari proses pertemanan sesama bos, aku dilamar dalam sehari setelah pengiriman CV. Kusyukuri, dimanapun berlabuh adalah hadiah, pikirku.
Kota ini sepi. Kemanapun pergi sejauh mata memandang. Jangan bandingkan dengan Ibukota Jakarta, terlalu jauh. Memimpikannyapun tidak pernah dalam benak.
Bagiku, inilah kota terkecil yang pernah kusinggah. Baiklah, untuk sementara hal ini tidak menjadi masalah besar bagiku.
Hotel kelas top ini memang berada di tengah kota. Menjadi incaran para langganan dan tamu-tamu dari berbagai kota.
Baru saja menginjak hari ke-10, sekonyong-konyong sesuatu terjadi!
Begini kisahnya.
Langit biru cerah, panas terik. Mesin pendingin ruangan memenuhi seluruh kantor di hotel itu. Keadaan aman dan tenang, mendadak guncang. Dalam hitungan jam, suasana terbalik.
Langit tak lagi biru.