(*) Khusus uang receh Rupiah, pisahkan yang mulus dan bersih.
(*) Masukan dalam box terpisah antara uang logam Malaysia, Singapore, Thailand, Eropa, Amerika, Real, dll dengan uang logam Rupiah.
Koin-koin asal luar negri itu berasal dari suami dan anak pertama yang sering berkeliling sehubungan pekerjaan mereka. Sedangkan koin Asia, kebanyakan saya dan suami kumpulkan.
Mengumpulkan koin recehan itu asyik. Kadang saya harus menggunakan kaca pembesar agar terbaca asal negara dan tahun terbit karena tulisan terlalu kecil.
Perihal tahun terbitan uang logam mulai 2005 yang saya periksa sejauh ini, sedangkan uang kertas Singapore tahun 1964.
Sekilas tentang uang receh Rupiah jaman dulu. Ketika SD saya diberi uang jajan oleh ibu sebesar Rp 50. Uang itu bisa dibelikan minuman es lilin seharga Rp 15, kemudian siomay, bakso seharga Rp 25/porsi sisanya dibelikan permen atau ditabung. Sisa uang jajan Rp 10 kadang saya tabung di celengan ayam jago terbuat dari tanah liat.
Uang receh Rp 10 dapat membeli kerupuk 2 buah dengan harga Rp 5. Kira-kira itu yang saya ingat.
Bila dibandingkan uang logam Rupiah dengan luar negri, kondisi uang tetap sama yaitu sering rusak, kotor dan cacat. Namun kualitas koin luar negri jauh lebih baik. Kebanyakan tekstur logam tebal dan kuat, bahkan yang berlubang di tengah, menjadi seni tersendiri.
Mengapa uang baru harus dilaminating? Jika tidak begitu, akan tercecer juga akan terlihat rapih. Karena situasi pandemi, maka saya jarang melaminating uang lagi. Mungkin setelah covid mereda.