Saya tertawa ketika postingan 2 artikel berisi candaan persiapan Kompasianival. Anggaran milyaran dan susunan komite yang aduhai, pesta gegap gempita menyambut acara bergengsi Kompasiana itu.
Kesayangannya terhadap anak ayam peliharaan yang tersapu banjir membuatnya meratapi seharian. Hingga ayam bertelur di telapak tangan dan berakhir dengan tidak menyukai daging ayam. Tulisan yang menyentuh hati.
Telah banyak Kompasianer memuat tulisan apresiasi tentang Opa Tjip dan Ibunda Rose. Diketahui, merekalah orang tua teladan setiap pembaca. Tiada yang disembunyikan dari kisah sedih dan bahagianya alam kehidupan. Kompasiana seolah catatan diary.
Membagi waktu untuk kegiatan menulis, mencipta tema, selalu saja ada suatu hikmah baru untuk dipelajari setiap hari.
Hidup adalah sekolah terbaik, pengalaman adalah guru terbaik karena memberikan pelajaran yang tidak pernah diajarkan. Universitas yang tidak berijasah, menurut Opa Tjip. Inilah pelajaran yang dapat kita petik dari perjalanan Opa Tjip dan Ibunda Rose.
Dalam mengarungi kehidupan, pasti ada badai. Opa Tjip menjelaskan badai kehidupan telah berlalu, kini dengan Ibunda Rose, berdua menikmatinya bersama anak-anak terkasih, serta cucu-cucu.
Selamat hari pernikahan ke-56 kepada kedua Kompasianer terkasih Opa Tjiptadinata dan Ibunda Roselina Tjiptadinata.
Tulisan ini sebagai penghargaan saya sebagai Kompasianer muda yang banyak belajar melalui tulisan bernilai dari beliau. Mohon maaf bila terdapat salah kata.
Salam hormat.
Celestine Patterson
Jakarta, 3 Januari 2021