Beberapa tahun lalu, kembali penulis teringat suatu peristiwa yang jauh lebih buruk. Putra dari seorang pemilik hotel, kaya raya. Ia anak bungsu dari 5 bersaudara. Seorang pemuda yang tinggal di Jakarta dan kembali balek kampong ke kota asalnya.
Pada pertemuan pertama kali, ia menghampiri ruangan kerjaku lalu mengeluarkan kata-kata tajam bak pisau membelah jantung pisang . Tanpa ada kata pembuka, kalimat yang keluar dari mulutnya 'Bu, kalau kamu gak achieve target 3 bulan, saya tendang kamu. Serius, saya tendang kamu! Dengan wajah serius ia meluncurkan kalimat yang membuat kejutan pertama di hari kerjaku yang ke-10 di hotel milik ayahnya.
15 menit setelah ia meninggalkan ruang kantor, kusampaikanlah pesan itu kepada pimpinan. Padahal ini bukan sekedar pesan, tetapi pesan bernada ancaman. Ku tak ambil pusing.
Di hari kedua kedatangannya, kembali ia membuat ulah tanpa alasan, meluncurkan beberapa tuduhan tanpa sebab. Pernah terjadi pula keributan pada saat morning briefing. Setelah mencari kesana kemari informasi mengenai pribadi EAM sekaligus ahli waris ini, tampaknya memang ia telah diketahui khalayak hotelier sebagai pembuat onar.
Begitulah dari hari kehari selalu membuat ulah tak terduga terhadap staff hotel. Tak pandang usia dan jabatan semua dilibas. Semangatnya tak gentar menghadapi masalah apapun dan siapapun yang menentang ide-idenya. Dalam hal ini hotel manager-pun dikalahkan.
Sering terjadi percekcokan dan salah paham diantara mereka tetapi pimpinanku selalu mengalah. Pernah suatu hari ia sempat melukai manager-ku secara fisik. Kursi dan meja selalu menjadi obyek penderita. Hanya orang-orang yang benar-benar kuat secara mental yang mampu bertahan di hotel itu.
Entah apa yang ada di kepalanya, iapun berteriak-teriak ketika penulis mengundurkan diri keesokan harinya. Tak tahan dengan kiprahnya sebagai Excutive Asistant Manager di hotel itu, yang membabi buta tanpa alasan jelas.
Errare humanum est, salah adalah sifat manusia. Akan tetapi kesalahan yang terus menerus dilakukan adalah sumber bencana.
Dimanapun kita bekerja, apapun bidangnya selalu saja ada hantaman yang tidak terpikirkan. Apabila tingkat keanehan orang-orang seperti ini dapat ditolerir, takakan menjadikan satu masalah yang berarti.
Namun melakukan tuduhan yang tak benar, mencari-cari kesalahan karyawan tanpa sebab, takada santun, berperilaku destructive, hal sedemikian mengeruhkan suasana di kantor.