Bagi yang pro bahwa jodoh itu telah ditentukan mengatakan: Semula si A bercita-cita mempunyai istri yang begini atau begitu, bahkan sudah bertunangan dengan si anu sekian lamanya, tetapi semua gagal dan sekarang beristrikan seorang yang tak pernah diduga sama sekali.
Apakah benar bahwa pasangan sebagai suami istri merupakan paduan kompak memuaskan kedua insan itu? Pertanyaan ini agak lucu diajukan.
Kalau demikian halnya, lalu tidak ada perceraian perkawinan, tidak ada berita suami memukul istrinya atau bahkan membunuhnya. Ada istri menyembelih suami atau meracunnya, dan masih banyak ragam peristiwa akibat ketidaksesuaian suami istri ini. Bacalah surat kabar yang terbit hari ini atau yang sudah bekas, pasti anda mendapati berita perceraian atau penyiksaan.
Kalau begitu, memang tidak mudah memilih pasangan sebagai suami istri itu. Memang benar!
Kadang-kadang ada pasangan yang harmonis sampai menimbulkan iri hati orang lain: yang pria gagah, sopan, sarjana, yang wanita cantik, sopan dan ramah, tahu merendahkan hati. Tetapi ada pasangan yang gaduh terus menerus, yang jadi tetangganya ingin segera pindah rumah, karena tidak jarang berperang secara fisik.
Untuk menjadi seorang suami atau istri yang baik tidak ada fakultasnya, segala sesuatu harus dirumuskan sendiri, maksimal minta nasehat kepada orang dianggap tahu. Inipun bukan jalan yang pasti jitu karena manusia sekian banyak ini sekian banyak pula ragam karakternya, jalan pemikirannya dan yang terpenting ialah pandangan hidup yang dianutnya.
Teori dalam mendirikan rumah tangga atau maksud mengadakan perkawinan amat mudah dikalimatkan: Ingin hidup bersama, cinta mencintai, hidup bahagia, mendidik anak-anaknya dsb, tetapi dalam prakteknya tak ada masalah, tak ada masalah dunia yang lebih rumit daripada ini.
Banyak pria yang sukses dalam pekerjaan dan ekonomi, tetapi tidak sukses dalam pernikahan. Dalam pekerjaannya ia dihormati oleh anak buahnya, tetapi dalam rumah dia dijajah oleh istrinya, sering dikatakan sebagai hewan. Jika kontak itu diberi batas, akan menimbulkan rasa rindu kangen. Rindu ialah adanya rasa haus akan kontak. Dalam kontak itu akan dikeluarkannya uneg-uneg (rasa hati) kepada orang yang dirindui itu, yang diharapkan akan mendapat respons yang memuaskan.
Muncul suatu problema: Mungkinkah dalam kehidupan ini ada dua orang yang serba cocok segala-galanya sehingga memenuhi istilah “sahabat karib” atau kamerad?
Secara teori itu mungkin saja, tetapi menurut doktrin dari Dr. Prentice Mulford, mungkin dua orang itu dilahirkan dalam abad yang berlainan atau bisa disimpulkan tidak mungkin.
Cara berkontak dalam masyarakat modern ini ada banyak macam; dari kontak bertatap muka, berkorespondensi lewat telepon, Skype, aplikasi Whatsapp, radio, dsb. Kontak yang tersebut belakangan ini mungkin fantastis karena hanya membaca atau melihat photo atau mendengar suaranya, bisa ditentukan pribadinya.