Wilayah Bandung Raya dinyatakan darurat sampah pada bulan Agustus 2023 lalu pasca kebakaran TPA Sarimukti. Kejadian ini menyadarkan berbagai pihak atas masalah persampahan yang sedang terjadi. Beberapa teknologi seperti pengolahan sampah menjadi RDF diharapkan menjadi solusi atas masalah persampahan di wilayah Cekungan Bandung.Â
Beberapa TPST di wilayah Cekungan Bandung direncanakan dapat mengolah sampah sebanyak 10 sampai 20 ton per hari. Namun, secara realita, sejauh ini kapasitas maksimum teknologi RDF dari beberapa TPST belum bisa terpenuhi. Bahkan, ditemukan juga TPST yang sudah berhenti mengolah sampah menggunakan teknologi RDF meskipun sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Lalu, apa saja yang sebenarnya menjadi tantangan untuk memaksimalkan pengolahan sampah menjadi RDF?
1. Pemilahan sampah yang masih minim
Sampah yang tidak terpilah menjadi tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah. Dalam teknologi RDF, sampah yang dimasukkan harus merupakan sampah anorganik atau sampah organik yang sudah dikeringkan seperti daun-daun kering dengan tujuan meningkatkan kualitas produk RDF. Semakin rendah kadar air pada sampah, maka akan semakin tinggi nilai kalornya berbanding lurus dengan kualitas RDF.Selain itu, sampah berbahan inert juga tidak boleh masuk ke dalam mesin RDF karena dapat menyebabkan kerusakan mesin seperti tumpulnya alat pemotong. Banyaknya sampah yang masih tercampur membuat efisiensi pengolahan sampah akan sangat berkurang.
Tidak hanya berpengaruh pada RDF, pemilahan sampah yang tidak dilakukan akan mempengaruhi proses pengolahan sampah lainnya. Pada salah satu TPST di wilayah Cekungan Bandung, ditemukan fasilitas pengolahan sampah dengan BSF yang akhirnya tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal lagi.Â
Lambatnya proses pengolahan karena harus dilakukan pemilahan pada TPST menyebabkan sampah menumpuk. Tumpukan sampah ini yang akhirnya membuat sampah-sampah organik membusuk dan semakin sulit untuk dipisahkan dari sampah anorganik.
2. Perawatan dan perbaikan alat yang tergolong sulit
Mesin RDF pada dasarnya terdiri atas belt conveyor, mesin pengering, dan mesin pemotong. Bagian yang paling rentan mengalami kerusakan adalah mesin pemotong. Hal ini disebabkan oleh bahan-bahan inert atau tanah yang masuk ke dalam mesin dan menyebabkan pisau pemotong menjadi tumpul.Â