Mohon tunggu...
CekAja dotcom
CekAja dotcom Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

7 Masjid yang Asyik Buat “Ngabuburit”

3 Juli 2015   14:20 Diperbarui: 3 Juli 2015   14:20 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menunggu waktu berbuka puasa memang paling asyik dilalui bersama-sama dengan keluarga atau teman. Namun, bukan sekadar kumpulnya saja yang penting, tempat menunggu yang nyaman juga menentukan tingkat keasyikan kita saat ngabuburit. Apalagi, jika terdapat para penjual yang sigap menjajakan aneka takjil atau makanan pembuka di sekitar lokasi tersebut.

Salah satu kegiatan yang asyik untuk dilakukan ketika ngabuburit adalah berwisata religi ke masjid. Sambil mencari keberkahan di bulan suci Ramadhan, banyak ilmu yang bisa ditimba dari mengunjungi masjid, mulai dari belajar sejarah, mengagumi bentuk bangunan masjid, hingga memperdalam pengetahuan agama.

Berikut masjid-masjid asyik di wilayah Jabodetabek yang bisa dijadikan pilihan berwisata di kala ngabuburit:

Kubah Emas

Foto: Wikimedia.org

Terletak di daerah Meruyung, Depok, Jawa Barat, Masjid Dian Al-Mahri yang lebih dikenal dengan sebutan Kubah Emas ini–karena bagian kubahnya terbalut emas 24 karat–resmi berdiri sejak 2006. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini merupakan tempat tujuan wisata kebanyakan orang yang tinggal di wilayah Jabodetabek. 

Layaknya tempat wisata pada umumnya, masjid ini selalu ramai dikunjungi jemaah yang datang dengan tujuan beribadah sembari melewatkan hari libur dengan bersantai dan berfoto bersama keluarga dan teman. (Baca juga: Cara Mengelola THR untuk Lebaran Sekaligus Liburan)

Suasana tempat wisata ini semakin cocok untuk ngabuburit dengan adanya pedagang-pedagang makanan, minuman, cendera mata, hingga penjual jasa foto keliling yang seluruhnya berseragam. Selain itu, mereka juga berjualan menggunakan stan-stan khusus di dalam kawasan masjid yang ditata secara teratur.

At-tin

Foto: Wikimapia.org

Masjid megah yang terletak di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ini mulai dibangun pada April 1997 dan dibuka secara resmi untuk umum pada 26 November 1999. Dengan luas area tanah sebesar 70 ribu meter persegi, masjid ini mampu menampung 9.000 jemaah di dalam bangunan dan sekitar 1.800 sisanya di selasar tertutup dan plaza.

Selain tanahnya yang luas, tempat ini cocok menjadi pilihan untuk ngabuburit karena fasilitas pendukung yang dimilikinya, seperti warung makan, ruang rekreasi/TV, ruang internet, perpustakaan, ruang kegiatan, ruang kelas, dan lahan parkir yang dapat menampung hingga 100 sepeda motor, 8 bus, dan 350 mobil. Disamping itu, masjid ini biasanya juga menyediakan ribuan takjil dan nasi kotak setiap harinya.

Sunda Kelapa

Foto: Wikimedia.org

Diresmikan pada 21 Desember 1969, pembuatan Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) berangkat dari keingingan warga muslim yang tinggal di daerah Taman Sunda Kelapa untuk memiliki tempat ibadah yang mudah diakses bagi masyarakat di wilayah Menteng dan sekitarnya. Walaupun sempat mengalami kekurangan dana yang mengakibatkan terhentinya pekerjaan pembangunan masjid, tempat ibadah yang mampu menampung hingga 3.500 jemaah ini akhirnya selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 31 Maret 1971. Saat ini MASK tidak hanya kedatangan jemaah dari kota Jakarta, tetapi juga dari Bogor, Tangerang dan Bekasi. (Baca juga: 7 Tempat Bukber Baru Wajib Dicoba Anak Nongkrong Jakarta)

Beragam kuliner khas dari berbagai daerah  di Indonesia dapat ditemukan tepat di gerbang utama kompleks Masjid Sunda, mulai dari gudeg Jogja, sate dan soto Padang, mendoan Purwokerto, serabi Bandung, bakwan Malang hingga aneka minuman pelepas dahaga, seperti jus dan es buah, es teler, kolak, es krim, es cinau, es cendol serta dawet ayu.

Jakarta Islamic Centre

Foto: Wikimedia.org

Resmi berdiri sejak tahun 2003 di eks Lokasi Resosialisasi (Lokres) Kramat Tunggak (Tanjung Priuk, Jakarta Utara), Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) adalah sebuah masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan, tetapi juga berfungsi sebagai gedung diklat serta area perdagangan dan bisnis.

Kawasan JIC ini biasanya berfungsi sebagai tempat wisata kuliner selama bulan Ramadhan dengan munculnya para penjual makanan khas dari daerah Betawi, Sunda, Jawa Tengah, Madura, Padang, Palembang dan Manado. Di luar area JIC, tepatnya di Jalan Kramat Jaya, puluhan penjual menjajakan berbagai macam barang dagangannya, mulai dari makanan, minuman, pakaian, mainan anak-anak hingga peralatan rumah tangga.

Istiqlal

Foto: Wikimedia.org

Dibuka secara resmi pada tanggal 24 Agustus 1961, kapasitas masjid ini yang sanggup untuk menampung hingga 200.000 jemaah membuat masjid ini sangat terkenal dengan kemegahannya. Disamping itu, arsitekturnya yang khas dan corak bangunannya bergaya modern menjadikan masjid ini sebagai objek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. (Baca juga: Enam Masjid Termegah di Dunia yang Wajib Dikunjungi)

Dengan berkunjung ke masjid ini, jemaah dan wisatawan dapat melihat kemegahan bangunan dan keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Selain itu, masjid ini bukan hanya takjil secara gratis melainkan juga menyiapkan serangkaian kegiatan keagamaan, seperti ceramah, zikir dan doa sebelum azan Magrib selama bulan Ramadhan.

Atta Awun

Foto: Wikimapia.org

Didirikan secara resmi pada tahun 1997, pengembangan dari bangunan Masjid Al-Muttaqien yang semula dibuat sebagai sarana ibadah untuk para tenaga kerja perkebunan teh di daerah Puncak. Pada dasawarsa 1990-an, Masjid Al-Muttaqien yang mungil ini semakin banyak dikunjungi para jemaah yang tidak hanya tinggal di daerah Puncak, tetapi juga sedang dalam perjalanan melewati Jalan Raya Puncak yang merupakan jalur transportasi antar wilayah Bandung, Cianjur, Bogor, dan Jakarta. Ketidakcukupan kapasitas masjid pada masa inilah yang mendorong dikembangkannya Masjid Al-Muttaqien menjadi Masjid Atta Awun.

Kemegahan masjid ini tampak jelas dari kejahuan, karena letaknya yang tinggi, di antara pegunungan. Berlokasi pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, para pengunjung bisa menikmati udara segar dan pemandangan Kota Bogor sambil ditemani jagung bakar dan kopi sebagai hidangan berbuka puasa yang tersedia di gerai-gerai makanan yang terletak di depan masjid. Selain itu, tersedia pula jagung bakar, ubi, pernik kerajinan tangan, serta makanan khas Bogor lainnya.

Al Azhar

Foto: Wikimedia.org

Didirikan pada tanggal 19 November 1953, Masjid Agung Al-Azhar (MAA)–yang terletak berdekatan dengan Universitas Al Azhar Indonesia–ini sebelumnya lebih dikenal dengan nama ”Masjid Agung Kebayoran Baru”. Nama MAA baru digunakan setelah Prof. Dr. Mahmoud Syalyout (Rektor Universitas Al-Azhar Mesir pada saat itu) memberi nama “Al-Azhar” kepada masjid ini ketika menyampaikan kuliah umum dalam kunjungannya pada tahun 1960. (Baca juga: 10 Orang yang Punya Gelar Profesor dan Menjadi Orang Terkaya)

Lokasi tempat makannya–yang dikenal sebagai tongkrongan anak muda–berada di belakang bangunan masjid. Dari sekian banyak pedagang kaki lima yang berjualan disana, Roti Bakar Eddy Blok M merupakan warung makan yang paling tersohor.

Meskipun mengunjungi masjid tergolong ke dalam wisata religi, bangunan masjid sendiri merupakan tempat ibadah. Oleh karena itu, kita perlu mengikuti setiap aturan yang berlaku. Salah satunya, menjaga kebersihan masjid dari sampah bungkus dan sisa makanan.

Selain itu, kita perlu juga untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi saat berbuka puasa agar kesehatan dan kelancaran ibadah tetap terjaga. Sebagai pelengkap, berikan proteksi atas kesehatan tersebut dalam bentuk asuransi.

Mau tahu asuransi kesehatan apa yang cocok untuk Anda? Cek di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun