Mohon tunggu...
Cecilia
Cecilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Mahasiswi trying to survive :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teh sebagai Landasan Filosofis Kehidupan Manusia

26 Juni 2022   15:30 Diperbarui: 26 Juni 2022   15:52 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perlu diingat bahwasanya hampir seluruh aspek-aspek budaya Jepang sangatlah dipengaruhi oleh berbagai macam variasi cara mengapresiasi teh. Maka dari itu, kehadiran Teaism sebagai filosofi hidup merupakan hal yang sungguh wajar, terutama jikalau dipandang dari segi kultural historisnya. 

Pengaruh kebudayaan Jepang yang paling nampak dalam upacara teh Jepang ialah ketika upacara ini diselenggarakan, semua bentuk suara terkecuali suara air teh tidak diperbolehkan. 

Hal ini disebabkan oleh teh yang dijadikan sebuah media guna memuja segala kemurnian dan harmoni yang telah terbentuk secara halus melalui teh yang diseduh dan diminum, yang secara tidak langsung mengajarkan manusia bahwasanya segala hal di dunia ini, tidak peduli kecil atau besar, patut untuk dihargai dan diapresiasi.

Dengan ini, teh yang dahulu hanyalah sekedar minuman saja, telah menjadi esensi utama dari upaya pencarian kebahagiaan abadi manusia di dunia.

 Masyarakat Jepang sendiri mempercayai bahwa barangsiapa yang tidak bisa merasakan hal-hal kecil di dalam dirinya yang patut dihargai, maka mereka tidak akan bisa menerima hal-hal lain yang ada di sekitarnya. Oleh sebab itu, Teaism mengajarkan meditasi dan martial arts sebagai ajaran yang sekiranya dilaksanakan oleh manusia guna mencari kebahagiaan abadi mereka.

Prinsip itu menunjukkan bahwasanya Teaism layak dikatakan sebagai filosofi. Kata filosofi sendiri memiliki artian sebagai sebuah pemikiran yang dilakukan oleh manusia secara menyeluruh dan mendalam hingga ke akar-akarnya agar dapat menemukan jawaban yang fundamental. Teaism di sini menggunakan teh sebagai 'alat' manusia untuk menghentikan segala aktivitasnya sejenak, duduk dengan tenang dan nyaman,

melarutkan segala konsentrasi dan pikirannya terhadap keheningan dan aroma teh, serta membiarkan manusia untuk benar-benar menghargai waktu yang telah diberikan itu. Oleh sebab itu, memang dapat dikatakan bahwa teh di sini memiliki peranan yang krusial dalam menyusun pandangan-pandangan Teaism tersebut. Akan tetapi, tidak hanya itu saja.

Teaism sebagai filosofi, mempertanyakan mengenai makna dari kehidupan dan bagaimana manusia dapat memandang serta merayakan kehidupan yang mereka miliki.

Teaism terus menerus menghimbau manusia untuk tidak terbawa secara mudah oleh arus kehidupan yang dapat membawakan implikasi buruk bagi dirinya, contohnya saja seperti keinginan untuk berperang demi kepuasan dan keegoisan manusia, bersikap gegabah, kasar, serta melakukan segala aktivitas dengan tidak memaknai secara mendalam.

 Teaism menentang hal tersebut dengan mendalami pemikiran terkait kehidupan dan manusia itu sendiri, yang mana pada akhirnya berujung pada pemikiran utama Teaism yakni solitude (kesendirian) dan rasa apresiatif.

Melalui pemahaman terkait artian-artian dasar dari kata filosofi sendiri didampingi oleh wawasan sejarah kebudayaan Asia dan Jepang, dapat dikatakan bahwasanya memang benar teh merupakan suatu hal yang cukup kompleks dan memiliki makna yang sangat luas untuk orang yang berbeda-beda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun