Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prabu Siliwangi Benar-Benar Turun Gunung

2 Maret 2010   12:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:39 1842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan bersambung dari Prabu Siliwangi Turun Gunung

Keesokan harinya minggu  tepat jam 07.00, kami melakukan ziarah ke makam utama yang ada di gunung Simpay yaitu makam/petilasan Prabu Tajimalela pendiri kerajaan Sumedang Larang. Prabu Tajimalela adalah anak tunggal dari Eyang Aji Putih yang merupakan pendiri kerajaan Galeuh Pakuan.

Sebetulnya saya ingin sekali naik ke puncak gunung Simpay karena sudah hampir 8 tahun saya tidak pernah lagi mengunjungi makam/petilasan Prabu Tajimalela. Tetapi Uyut berpendapat lain, beliau menyuruh saya untuk tetap tinggal di Padepokan untuk mengurus dan mengawasi persiapan acara Maulid Nabi SAW. Disamping itu saya ditugaskan untuk menemani para tamu yang datang ke padepokan. Kelihatannya mudah tetapi berat dalam menjalankannya karena perlu ada ilmu dan pengalaman lebih untuk mengetahui pernak-pernik budaya Sunda dalam menyambut acara Maulid Nabi SAW.

Sejak jam 09.00 WIB, panggung telah siap dengan peralatan musik tradisional sebagai pengiring tarian dan lagu-lagu tradisional Sunda. Sinden, para penari dan pemain musik mulai sibuk mempersiapkan diri. Sementara itu petasan sepanjang 5 meter telah diikatkan di atas pohon karena nantinya akan diledakkan tepat rombongan Uyut yang baru pulang ziarah mau memasukki padepokan. Alhamdulillah semuanya sudah sesuai dengan rencana.

[caption id="attachment_84384" align="aligncenter" width="225" caption="Petasan penyambutan (foto pribadi)"][/caption]

Tepat jam 12.30, satu persatu anggota rombongan tiba di ujung jalan sekitar 200 meter dari pintu masuk padepokan. Belum tampak Uyut dan rombongan besarnya tiba. Namun beberapa menit kemudian ada aba-aba untuk segera mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan rombongan dan ini menjadi tugas Pak Singgih selaku orang yang paling tua diantara kami yang tidak turut ziarah.

[caption id="attachment_84470" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Singgih dkk sebagai penyambut kedatangan Uyut dan rombongan (foto pribadi)"][/caption]

[caption id="attachment_84387" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Singgih dan aparat Polsek Cibugel (foto pribadi)"][/caption]

Memang Maulid Nabi SAW tahun ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya tidak ada penyambutan rombongan Uyut yang baru pulang dari ziarah sebelum memasuki pintu padepokan. Awalnya saya kurang mengerti dengan adanya tambahan acara  ini tetapi setelah mendapatkan penjelasan dari Uyut maka saya mengerti maksud penyambutan tersebut.  Rupanya ada sesuatu yang istimewa.

Menjelang 100 meter menuju padepokan, tiba-tiba petasan diledakkan dan suaranya menggema kemana-mana. Alunan musik tradisionalpun dibunyikan. Tampak sekali suasana semarak dan magis. Tiba-tiba dari pintu padepokan keluarlah Ki Lengser dan Ambu untuk menyambut Uyut dan rombongannya. Dengan sedikit berpantun dalam bahasa Sunda, Ki Lengser (diperankan oleh seorang penari pria) memberikan sebuah penggambaran tentang suka citanya rakyat dan kerajaan Galeuh Pakuan menyambut kepulangan  seorang raja yang habis bertapa atau lama pergi melanglang buana.  Banyak adegan lucu Ki Lengser dan Ambu  yang membuat saya tertawa.

[caption id="attachment_84388" align="aligncenter" width="300" caption="Uyut dan rombongan ziarah (foto pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_84390" align="aligncenter" width="259" caption="Ki Lengser memberikan penghormatan (foto pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_84429" align="aligncenter" width="225" caption="Ki Lengser (foto pribadi)"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun