Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perbedaan Warna Menjelaskan Kebahagiaan dan Depresi

10 Februari 2010   01:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:00 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_71234" align="aligncenter" width="500" caption="Perbedaan Warna Menjelaskan Kebahagiaan Dan Depresi (Dipublikasi oleh Journal BMC Medical Research Methodology tanggal 8 Februari 2010)"][/caption]

Apakah Anda dalam suasana hati kelabu hari ini? Bagaimana biru funky? Mungkin kau tampak  merah, karena warna hijau identik dengan kecemburuan. Warna dapat  kita gunakan untuk menggambarkan emosi seseorang. Menurut penelitian baru baru ini dikatakan warna  lebih berguna daripada yang Anda pikirkan,

Studi ini menemukan bahwa orang yang sedang depresi atau cemas cenderung untuk mengasosiasikan suasana hatinya dengan warna abu-abu. Sementara  orang yang sedang bahagia  lebih menyukai  warna kuning. Dalam  Journal BMC Medical Research Methodology dijelaskan hasilnya secara rinci yaitu warna  bisa membantu dokter mengukur suasana hati anak-anak dan pasien lainnya yang mengalami kesulitan berkomunikasi secara verbal.

"Penggunaan warna adalah cara yang efektif untuk mengukur kecemasan dan depresi  dibandingkan dengan penggunaan bahasa," ujar Petrus Whorwell dari Rumah Sakit Universitas Manchester Selatan kepada LiveScience.

Whorwell mengatakan warna sering digunakan sebagai metapora suasana hati, tapi belum ada seorangpun yang meneliti hubungan antar warna secara sistematis. Kemudian Ia dan rekan-rekannya melakukan penelitian dengan memilih delapan warna yaitu merah, oranye, hijau, ungu, biru, kuning, pink dan cokelat. Selanjutnya masing-masing warna tersebut  dibagi menjadi empat warna yang serupa. Lalu mereka  menambahkan putih, hitam dan empat warna nuansa abu-abu sehingga total warna yang terkumpul menjadi 38 pilihan warna. Setelah pertemuan dengan kelompok fokus, para peneliti memutuskan untuk menampilkan warna dalam bentuk roda.

Berikutnya mereka merekrut 105 orang dewasa yang sehat, 110 orang dewasa yang cemas dan 108 orang dewasa yang depresi. Kemudian mereka  mengirimkan roda warna kepada para panelis. Setiap orang diminta untuk memilih warna favorit dan  warna  yang paling "menarik". Akhirnya mereka diminta untuk memilih warna yang menggambarkan suasana hati mereka sehari-hari selama beberapa bulan terakhir. Sementara itu ada kelompok lain berjumlah 204  sukarelawan sehat menggolongkan setiap warna dengan nilai  positif, negatif atau netral.

Apakah seseorang sedang  depresi, cemas atau sehat dapat terlihat dalam pemilihan warna biru dan kuning. Biru 28 pada roda warna adalah warna favorit yang paling populer di kalangan orang sehat, sementara Biru 27 (yang sedikit lebih gelap dari biru 28) mendapat tempat pertama diantara orang-orang yang mengalami kecemasan dan depresi. Sementara itu, Kuning 14 dipilih sebagai warna yang paling menarik perhatian.

Tapi ketika bicara suasana hati maka terjadilah kelompok-kelompok yang menyimpang. Hanya 39 persen orang sehat yang sesuai suasana hatinya dengan pilihan warna. Dari mereka yang melakukannya, Kuning 14 adalah pilihan yang paling populer sekitar 20 persen suara. Sementara itu sekitar 30 persen orang dengan rasa cemas yang memilih warna abu-abu hampir sama dengan yang dilakukan oleh lebih dari setengah relawan yang sedang depresi. Sebagai bahan perbandingan, hanya sekitar 10 persen relawan sehat yang menggambarkan suasana hati mereka dengan warna abu-abu.

Para peneliti juga menemukan pentingnya saturasi warna   ketika menetapkan suasana hati dengan  warna,

"Sebuah biru muda tidak terkait dengan suasana hati yang buruk tapi  biru tua terkait " kata Whorwell. "Bayangan warna lebih penting daripada warna itu sendiri."

Sekarang Whorwell menguji roda pada pasien dengan sindrom iritasi usus besar. Dia berharap bahwa pilihan warna pasien dapat mengungkapkan sikap dan memprediksi seberapa baikkah mereka akan merespon metode perawatan seperti hipnotis.  Whorewell mengatakan kadang-kadang metode non-verbal bisa mendapatkan informasi yang  lebih baik daripada metode verbal. Dengan riset tambahan, roda warna dapat digunakan dalam dunia medis terutama oleh dokter anak saat melakukan operasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun