Nama saya Saula Tuikoro. Sering dipanggil Saula tapi di Natewa saya dipanggil Tuikoro. Tuikoro adalah nama bapak saya  tapi saya adalah Tuikoro Jr. Selama empat tahun saya pernah  tinggal dan bekerja sebagai staf Kedutaan Besar Republik Fiji di Indonesia. Natewa adalah sebuah desa yang letaknya di Teluk Natewa, Vanualevu (pulau terbesar kedua di Fiji). Desa yang indah dan penuh kenangan maka itu saya mengajak teman-teman Indonesia untuk berkunjung.Â
Selepas jam kantor, saya dan ketiga teman Indonesia berangkat ke pelabuhan Walu Bay. Rupanya masih ada waktu 30 menit sebelum kapal Lomaiviti Pricess berangkat ke Savusavu. Kami langsung tukar kuitansi pemesanan dengan tiket kapal pp. Sekali jalan harga tiketnya FJD 60 (FJD 1 = IDR 6200).
Pukul 12.10 bus rute Savusavu-Natewa memasuki terminal Savusavu.Dalam waktu setengah jam tempat duduk sudah penuh. Tiap penumpang dikenakan biaya FJD 15. Perjalanan ke Natewa membutuhkan waktu 3-4 jam karena trayek bus tidak langsung dan bus berhenti dan menarik penumpang dimana saja. Sepanjang jalan teman Indonesia lebih banyak tidur padahal pemandangan sepanjang jalan indah dan menarik.
Hampir pukul 4 sore, kami tiba di Natewa. Begitu turun dari bus kami disambut oleh keluarga paman. Peluk cium menghampiri saya. Canda dan tawa menyelimuti kedatangan kami.
Setelah rehat sejenak sambil menikmati air kelapa, sesuai adat kami maka kami, paman dan bibi membawa hadiah kava kering terbaik yang akan diberikan kepada saudara bapak tertua di Natewa. Kava pemberian tersebut nantinya akan diproses menjadi minuman tradisional Grog untuk acara penyambutan tamu pada malam hari ini.
Pada malam hari, setelah makan kami berkumpul dengan keluarga Natewa. Canda tawa dan cerita di malam itu sambil menikmati minuman Grog. Baru jam 2 malam teman Indonesia bergerak ke peraduannya karena rasa letih dalam perjalanan semalam.
Jam setengah dua siang, bus menuju Savusavu berhenti di depan halaman rumah keluarga besar bapak. Segera kami pamitan dan peluk cium dengan para orang tua. Ada perasaan berat untuk meninggalkan desa Natewa. Waktu satu hari sungguhlah singkat tapi kami harus kembali kerja Keesokan harinya. Perlahan tapi pasti bus bergerak meninggalkan desa Natewa menyusuri Teluk Natewa nan indah.