Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wakhidin Namaku

28 Maret 2015   14:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada 2 opsi yang ditawarkan oleh agen pemilik kapal yaitu membelikan tiket pulang ke Indonesia plus uang bonus 200 FJD dengan harapan saya sendiri yang mengejar keberadaan pemilik perusahaan di Pemalang atau meneruskan sisa waktu kontrak kerja saya selama 4 bulan dengan gaji diberikan langsung di atas kapal sambil menunggu kabar keberadaan pemilik perusahaan di Pemalang. Saya bingung sekali sampai mengeluarkan air mata, awalnya saya menerima untuk meneruskan berlayar tapi saya takut karena beratnya cobaan ini membuat saya tidak konsentrasi bekerja dan dapat membahayakan hidup saya di laut. Kemudian saya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dengan membawa uang sedikit sekali. Terus buat apa saya bekerja selama 19 bulan ini. Benar-benar kalut pikiran saya. Akhirnya bapak gendut menyarankan saya menunda keputusan dan kembali bekerja di kapal yang sedang ngedok atau perbaikan mesin sampai kapal akan berlayar kembali.

Seminggu kemudian saya mendapat telepon dari pejabat KBRI untuk datang ke kantor agen pemilik kapal. Sesampainya di sana, sudah menunggu pejabat KBRI dan bapak gendut di dalam kantor. Setelah menunggu hampir 30 menit, datanglah seorang pria berwajah sipit dengan logat khas Taiwan. Rupanya pemilik kapal yang datang bersama seorang temannya. Pemilik kapal menjelaskan bahwa gaji saya selama 19 bulan dinyatakan raib dibawa kabur oleh pemilik perusahaan di Pemalang. Hal ini tidak seratus persen ulah mereka tetapi ada andil saya dalam memberikan informasi rekening bank yang salah sehingga ketika uang dikirimkan tidak sampai ke istri dan kembali ke rekening perusahaan. Prosedurnya adalah pemilik kapal di Tiongkok mengirimkan uang ke Taiwan. Taiwan mengirimkan ke Pemalang dan Pemalang mengirimkan ke Indramayu. Karena rekening saya salah maka uang kembali ke Pemalang dan sampai sekarang dinyatakan raib.

Duarrrr !!! Hancur sudah hidup saya. Bagaimana saya harus menjelaskan kepada istri. Lemas sekali badan ini. Sempat menangis saya dihadapan bapak-bapak di dalam ruangan tersebut. Saya sudah sempat meninggalkan ruangan tersebut, tapi tangan saya dipegang oleh bapak gendut.

Kemudian pemilik kapal meminta saya untuk meneruskan kerja dan menyelesaikan kontrak dengan syarat gaji saya selama 19 bulan akan ditanggung dan dibayarkan oleh pemilik kapal dan gaji saya selama sisa waktu kontrak akan dibayarkan di atas kapal.

Hah !!! Betapa kagetnya saya mendengar penjelasan dari pemilik kapal. Jadi gaji saya selama 19 bulan akan dibayar ?! Berulang kali saya bertanya kepadanya, apakah benar itu ? Ternyata benar adanya. Rupanya pemilik kapal sangat mulia hatinya. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh pemilik kapal bahwa hal ini sering terjadi. Tega benar ada orang membawa kabur hasil keringat orang lain yang berjuang mati-matian di tengah ganasnya laut. Ini semata-mata dilakukan karena kemanusiaan. Terima kasih Tuhan telah mengirimkan pemilik kapal yang baik hati. Walaupun demikian pemilik kapal sempat protes kepada saya karena 2 minggu ini saya tidak mau kerja dan hanya bermalas-malasan saja. Bagaimana mau semangat kerja kalau belum ada kejelasan nasib gaji saya.

2 hari sebelum kapal berlayar kembali, disaksikan oleh bapak gendut gaji saya selama 19 bulan diberikan oleh pemilik kapal. Langsung saya menghubungi istri tentang kabar gembira ini. Hari itu juga saya meminta bapak gendut untuk menemani ke Western Union agar uang tersebut segera dikirim ke istri di Indramayu. Alhamdulillah uang telah diterima dengan aman dan meminta ke istri agar segera melunasi hutang rente sebelum menjerat leher kami. Sungguh sabar bapak gendut menemani saya sampai waktu menjelang maghrib. Ucapan terima kasih berulang kali saya sampaikan kepada bapak gendut dan pejabat KBRI. Sebagai bentuk terima kasih, saya mengajak bapak gendut untuk makan-makan di restoran Malaysia. Baru kali saya merasa lapar sekali setelah sebulan lebih saya sudah tidak merasakan yang namanya lapar dan kenyang. Lahap sekali saya menyantap makanan sampai bapak gendut tertawa melihat mulut saya belepotan hehehehe...

Akhirnya seusai makan, bapak gendut mengantar saya kembali ke King Wharf. Sambil menunggu boat yang sering mengantar saya ke kapal, kami berdua menikmati indahnya pemandangan laut dengan awan gelap yang menunjukkan sebentar lagi malam akan tiba. Saya peluk erat bapak gendut sambil mengucap terima kasih sekali lagi dan berharap di lain waktu dapat bertemu kembali. Air mata kami berdua terurai, satu lagi saya mendapatkan saudara di negeri orang lain. Terus saja saya melambaikan tangan perpisahan kepada bapak gendut sampai tidak terlihat lagi oleh gelapnya malam.

[caption id="attachment_406002" align="aligncenter" width="700" caption="Indahnya pemandangan laut menjelang senja di King Wharf, Suva, 27 Maret 2015 (dok.cech)"]

1427527393386266556
1427527393386266556
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun