Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pada Masa Subur Wanita Lebih Tertarik Kepada Pria Bukan Pasangannya

14 Oktober 2010   01:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_289190" align="alignright" width="298" caption="David Beckham/Ilustrasi Admin (AFP/KARIM JAAFAR)"][/caption]

Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa wanita heteroseksual yang pasangannya memiliki wajah kurang maskulin lebih tertarik kepada pria lain selama ovulasi. Wanita dengan mitra maskulin, umumnya kurang tertarik dengan pria lain. Mungkin hal ini disebabkan oleh sifat wanita cenderung mencari suatu yang berbau seksi ketika mereka sedang dalam kondisi suburnya dan itu didapatkan dari pasangannya yang maskulin. Uniknya walaupun para wanita tersebut tidak mencari pria lain tetapi mereka tidak lebih tertarik kepada pasangannya sendiri. Alasannya adalah selama masa subur, wanita lebih menginginkan seks daripada nafsu. Penelitian ini dilaporkan dalam jurnal Evolution and Human Behavior edisi November 2010

Salah satu penulis studi Steven Gangestad, seorang Psikolog Evolusi dari University of New Mexico mengatakan pria berwajah baby face disukai oleh para wanita tetapi hanya sebagai pasangan jangka pendek dan bukan pasangan seumur hidup.

Para peneliti merekrut 66 pasangan heteroseksual monogami. Para wanita melakukan tes hormon untuk menentukan fase mereka dalam siklus menstruasi. Selanjutnya 3 kali selama sebulan, para wanita datang ke lab untuk menjawab kuesioner tentang atraksi dan fantasi seksual mereka . Salah satu sesi dijadwalkan pada masa subur setiap wanita, sementara dua lainnya adalah selama luteal (fase non-subur) dan fase siklus menstruasi.

Kemudian para pria yang akan dijadikan pasangan bagi para wanita melakukan ujian layaknya masuk perguruan tinggi dan tes pola pencarian untuk mengukur kecerdasan mereka. Foto-foto para pria dinilai berdasarkan daya tarik dan maskulinitas.

Selama bertahun-tahun para peneliti percaya bahwa para wanita Homo sapiens telah berevolusi untuk menyembunyikan masa subur mereka, tidak seperti primata lainnya yang menunjukkan pembengkakan alat kelaminnya sebagai sinyal kesuburan kepada pejantannya. Namun dekade terakhir, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita tidak menyembunyikan masa kesuburannya. Selain itu beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa selama masa subur dari siklus haid, bau dan penampilan wanita lebih menarik bagi pria. Tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa adanya perubahan cara berjalan para wanita pada saat ovulasi dan mereka lebih memperhatikan dandanan dan pakaiannya.

Gangestad mengatakan bahwa wanita yang mempunyai pasangan dengan wajah yang kurang maskulin lebih tertarik kepada pria lain yang berwajah maskulin pada masa kesuburan. Para wanita tersebut lebih cenderung memiliki fantasi seksual kepada pria yang bukan pasangannya. Penemuan ini sesuai dengan teori yang mengatakan pria yang lebih maskulin akan menghasilkan keturunan yang bugar sejak hormon-hormon reproduksi pertama kali berevolusi.

Secara statistik daya tarik wajah bukanlah faktor signifikan bagi wanita untuk bernafsu kepada pria lain meskipun wanita dengan pasangan lebih menarik (terlepas dari apakah mereka memiliki wajah maskulin atau feminin) cenderung mendapatkan dorongan minat seksual bagi mereka pada masa subur. Ternyata pria maskulin tidak memprovokasi peningkatan minat seksual pasangan mereka. Mungkin para wanita menginginkan seks untuk sebuah keintiman di luar periode subur tetapi pada periode subur, mereka termotivasi oleh penampilan.

Di sisi lain kecerdasan seorang pria tidak menjamin seorang wanita untuk tertarik. Temuan ini sungguh mengejutkan karena dalam teori psikologi evolusi dikatakan wanita menginginkan keturunannya memiliki gen kecerdasan.

Martie Haselton, Psikolog dari University of California, Los Angeles yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan hipotesis yang menyatakan manusia setidaknya sebagian didorong oleh kekuatan evolusi membuat banyak orang merasa tidak nyaman. Studi lain oleh Gangestad dalam jurnal Evolution and Human Behavior pada edisi yang sama menemukan wanita yang disurvei selama masa subur menyatakan nafsu mereka lebih didasarkan pada ketertarikan fisik dan kemauan lebih untuk berhubungan dengan orang asing yang menarik. Hal inilah yang dapat menyebabkan ketegangan diantara beberapa pasangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun