Hari ini (4/6/2017) memasuki hari kesembilan bulan suci Ramadan dimana umat islam masih berada dalam fase sepertiga pertama Ramadan. Fase ini biasa disebut dengan fase datangnya rahmat. Di fase sepertiga pertama ini semangat umat Islam dalam menjalankan ibadahnya masih sangat tinggi. Seluruh rangkaian ibadah dilaksanakan dengan penuh semangat dan kekhusyuan.
Shaf-shaf salat tarawihpun masih terlihat memenuhi masjid, bahkan di fase pertama Ramadan ini ada beberapa masjid yang jamaah salat tarawihnya membludak sampai ke luar halaman masjid. Hal ini bisa dimaklumi karena pada fase ini umat Islam sedang melepas rindunya bersama Ramadan setelah setahun ditinggalkan.
Setelah fase kedua ini terlewati, maka umat Islam akan memasuki fase sepertiga terakhir Ramadhan, yaitu pada sepuluh hari tearkhir bulan Ramadan. Fase sepertiga terakhir ini disebut dengan fase itkumminannar, yaitu fase pembebasan dari api neraka. Pada fase sepuluh hari terakhir Ramadan ini ada satu malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha yang artinya “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan”.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan kemuliaan. Malam ini adalah malam dimana Al Quran diturunkan. Malam ini malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam ini malaikat-malaikat bersama malaikat Jibril turun atas izin Allah untuk mengatur segalam macam urusan. Selain itu, malam ini malam yang penuh dengan kesejahteraan. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Al Qadr ayat 1 sampai 5.
Namun sayang seribu sayang, umat Islam pada fase sepertiga Ramadan ini seringkali lupa dan terbuai. Kita bukannya semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah untuk mendapatkan Lailatul Qadar, malah sebaliknya kita seringkali disibukkan dengan persiapan menjelang hari lebaran atau idul fitri yang kita maknai secara keliru.
Kita seringkali memaknai lebaran hanya dengan hal-hal baru yang bersifat material, seperti pakaian baru, perhiasan, kendaraan, makanan, minuman, dan hal-hal baru bersifat material lainnya. Sehingga kegiatan mempersiapkan hal-hal ini lebih dominan daripada ibadah yang kita lakukan. Pada akhirnya Al Quran semakin berkurang jumlah ayat yang dibacanya. Tahmid, takbir, tahlil semakin sedikit dizikirkan. Shaf-shaf tarawih di masjidpun semakin berkurang jumlahnya. Malah yang ramai adalah pusat perbelanjaan dan mall.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H