[caption caption="Sumber: https://thenextweb.com/insider/2015/09/18/10-more-ways-tech-is-delivering-hope-for-humanity/#.tnw_9NW0vkHL"][/caption]
Waktu menunjukkan pukuk 4.15 ketika saya menginjakkan kaki di Stasiun Tugu Yogyakarta setelah melewati perjalanan kurang lebih 8 jam dari Stasiun Gambir Jakarta. Tidak lama menunggu saya langsung mencari sebuah musalla untuk melaksanakan salat Subuh. Kemudian saya temukan musalla di dalam stasiun tersebut. Ukurannya tidak kecil untuk ukuran sebuah musalla.
Setelah saya tujukan mata ke beberapa arah untuk menemukan nama musalla tersebut, saya tidak menemukannya terpampang, baik di depan maupun di dalam musalla. Saya sebenarnya tidak terlalu perlu untuk mengetahui nama musalla tersebut. Yang terpenting, saya bisa melaksanakan salat subuh dengan baik.
Sebelum menginjakkan kaki ke beranda musalla tersebut, saya melihat ada dua benda teronggok di depannya yang memikat hati saya. Yaitu kursi. Sebenarnya dari sisi bentuk dan ukuran tidak ada yang istimewa. Kursi tersebut bentuk dan ukurannya relatif sama dengan kursi-kursi lain pada umumnya. Yang membuat hati saya terpikat yaitu kursi tersebut bertuliskan sesuatu, yaitu "Kursi Khusus Penyandang Difabel".
Musalla yang notabene merupakan tempat untuk merekatkan hubungan dengan Sang Maha Kuasa ternyata juga membawa pesan kemanusiaan. Musalla tersebut memberikan perlakuan yang sama dan kemudahan terhadap semua manusia untuk bertemu Sang Pencipta, termasuk para difabel.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H