Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Ingin Tetap Eksis, Guru Harus Menguasai Public Speaking Skill

5 Mei 2017   10:39 Diperbarui: 5 Mei 2017   14:16 1860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. https://www.linkedin.com/pulse/public-speaking-101-grant-cardone

Guru merupakan ujung tombak dalam pembangunan generasi bangsa. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, selain berhadapan dengan seluruh warga sekolah, guru juga bersentuhan dengan warga masyarakat lain, terutama di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Dulu, kehadiran dan perannya di tengah-tengah masyarakat seolah menjadi oase di tengah padang pasir yang haus akan sosok yang bisa di kedepankan dalam berhubungan sosial kemasyarakatan. Di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, tidak sedikit guru yang dipercaya menjadi pemimpin, baik itu sebagai ketua RT, ketua RW, ataupun menjadi ketua pelaksana sebuah kegiatan. Tak jarang pula seorang guru dipercaya untuk menjadi seorang MC (Master of Ceremony) atau hanya sekedar memimpin doa di sebuah acara. Bahkan di sebagian besar masyarakat, guru dianggap orang yang serba bisa yang layak disegani dan dihormati.

Namun di abad 21 ini, nampaknya kepercayaan yang disematkan kepada guru tersebut perlahan mulai terkikis. Hal ini boleh jadi dikarenakan lemahnya kemampuan seorang guru dalam mengelola dirinya bersosialisasi dan berkomunikasi.

Salah satu kemampuan berkomunikasi yang harus dimiliki seorang guru adalah kemampuan Public Speaking. Menurut pandangan umum public speakingdiartikan sebagai seni cara berbicara di depan publik. Public speaking merupakan bagian dari komunikasi. Oleh karena itu, kemampuan public speaking adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan ide, kemudian menyampaikannya, dan membujuk orang lain.  

Kemampuan public speaking sangat dibutuhkan oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan seorang guru -baik sebagai pendidik maupun sebagai anggota masyarakat- sering bersentuhan (bersosialisasi dan berkomunikasi) dengan warga sekolah dan warga masyarakat lain.

Di sekolah, sebagai contoh kecil, seorang guru terkadang mendapatkan tugas untuk menjadi pembina upacara. Tentu saja hal ini memerlukan kemampuan berbicara yang baik ketika menyampaikan amanat di depan para peserta upacara. Contoh lain, seorang guru suatu saat pasti mendapatkan tugas untuk menjadi ketua pelaksana suatu kegiatan di sekolah. Hal ini tentu saja memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik dalam mengelola kegiatan tersebut.

Pun demikian di masyarakat. Seperti telah disampaikan di awal bahwa seorang guru di lingkungan tempat tinggalnya pasti bersentuhan dengan anggota masyarakat lainnya. Hal ini tentu saja menuntut guru tersebut untuk bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, dalam hal ini kemampuan public speaking.

Berbicara tentang penguasaan public speaking, kita tidak berbicara soal seni atau kemampuan berbicara di depan publik an sich. Ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan -dan menunjang- kemampuan public speaking tersebut. Diantaranya adalah etiket, etiket public speaking itu sendiri, seni mendengarkan dan plagiarism.

Hal pertama yang harus dimiliki guru adalah etiket. Etiket adalah manner atau tata cara seseorang dalam berinteraksi. Etiket dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu etiket individu dan etiket sosial. Etiket individu adalah etiket yang berlaku dalam lingkungan sendiri atau lingkungan yang paling kecil, yaitu keluarga inti. Sedangkan etiket sosial adalah etiket yang berlaku di luar keluarga inti, yaitu masyarakat.

Hal kedua adalah etiket public speaking. Public speaking tidak bisa dilepaskan dengan etiket karena memerlukan suatu konsep dan cara agar apa yang dibicarakan diterima oleh publik. Ada beberapa hal yang merupakan etiket dalam public speaking. Yang pertama adalah pemilihan topik dan tujuan agar tidak ada akibat dari yang kita bicarakan yang dapat merugikan orang lain. Yang kedua adalah siap dan bertanggung jawab terhadap apa yang disampaikan. Lalu yang ketiga adalah jujur terhadap apa yang disampaikan. Yang keempat hindari menyebut nama orang dengan sebutan khusus yang berkonotasi negatif. Kemudian yang kelima adalah menyesuaikan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.

Hal ketiga adalah seni mendengarkan. Public speaking merupakan interaksi antara pembicara dan audience (yang diajak bicara). Interaksi ini terjadi dua arah. Di dalam interaksi ini kedua belah pihak harus saling memahami dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun