Sore tadi (30/05) sebuah pesan dari salah satu teman masuk melalui WhatssApp saya. Pesan pertama isinya sebuah pernyataan. Pernyataan yang cukup mengagetkan bagi saya. Bagaimana tidak, pernyataan ini berhubungan dengan sesuatu yang sebenarnya sangat saya impikan sebagai guru dan sudah lama saya coba lupakan.
Pernyataan itu berbunyi “Aku dipanggil Diklat PKB mtk. Tadi liat nama pak Cecep Gaos jga masuk cadangan”. Sontak saya pun kaget lalu merespon pernyataan itu dengan bertanya “Liatnya dmn bu? Boleh dishare?” Kemudian teman saya itu menjawab “Tadi ditampilin di layar. Ada 10 orang yang masuk cadangan. Temasuk aku dan pak Cecep. Aku ditelp panitia disuruh datang. Bapak enggak? Enggak atau ga kejawab” Lalu saya kembali bertanya “Kapan dihubunginya?” Teman saya itu pun menjawab “Senin pagi. Aku lgsg berangkat” dengan diakhri dua emot malu. Dan dilanjutkan dengan kalimat “Numpak sepur...” dengan diakhiri satu emot tertawa hehe.
Perlu diketahui bahwa diklat PKB mtk adalah diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di bidang Matematika yang diselenggarakan oleh P4TK Matematika yang seleksinya sudah dilaksanakan pada bulan Maret yang lalu. Seluruh calon peserta diwajibkan untuk mengirimkan rencana produk atau karya ilmiah dalam bidang Matematika. Diklat ini diselenggarakan dengan pola in-on-in. Penjelasan lebih detil diklat ini sila baca DISINI. Oh iya waktu itu saya mengirim rencana produk karya inovatif dengan judul “Vismatics”
Setelah ingat kejadian itu, lalu saya merespon lagi “Oo pantesan waktu itu ada telepon masuk,,tpi gak keangkat”. Temen saya itu lalu merespon “Oh..iya brrti Pak Cecep jga dikontak”. Lalu saya bertanya “Sekarang udah hari ke2 ya bu?” Ia pun menjawab “Blm rejeki pak Cecep brrti. Iya, hari kedua...” Percakapan lewat pesan WA tersebut terus berlanjut sampai pada akhirnya temen saya itu memberi tahu bahwa dia mempunyai no telepon panitianya. Lalu saya pun memintanya. Tak menunggu lama saya langsung menghubungi salah seorang panitia yang mempunyai nomor tersebut untuk memastikan apakah waktu itu saya adalah salah satu calon peserta cadangan yang dihubungi atau bukan.
Singkat kata, dari percakapan dengan salah seorang panitia tersebut terungkaplah bahwa memang benar saya termasuk yang dihubungi untuk menggantikan peserta lolos seleksi yang berhalangan hadir. Dia mengatakan bahwa dia sudah menelepon saya untuk memberi tahu tentang ini, tapi waktu itu teleponnya tidak diangkat. Sehingga akhirnya dia menelepon peserta cadangan urutan berikutnya untuk menggantikan.
Sungguh sangat menyesal sebenarnya kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan kompetensi ini harus lepas dari genggaman tangan hanya gara-gara saya tidak sempat mengangkat telepon. Namun demikian, saya tetap berpikiran positif. Semua ini pasti ada hikmah di baliknya.
Dari kejadian ini ada beberapa pelajaran yang (minimal) bisa saya ambil. Yang pertama jangan menyepelekan sesuatu apapun itu sekecil apapun itu. Yang kedua kesempatan tidak akan datang dua kali. Oleh karena itu, ambillah bila kesempatan baik menghampiri kita. Yang ketiga tetaplah berpikiran positif tehadap sesuatu yang menimpa diri kita, sepahit apapun itu. Semuanya pasti ada hikmahnya. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H