Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gara-gara Tak Angkat Telepon, Kompetensi Gagal Meningkat

30 Mei 2017   22:46 Diperbarui: 31 Mei 2017   00:15 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. http://loop.co.id

Sore tadi (30/05) sebuah pesan dari salah satu teman masuk melalui WhatssApp saya. Pesan pertama isinya sebuah pernyataan. Pernyataan yang cukup mengagetkan bagi saya. Bagaimana tidak, pernyataan ini berhubungan dengan sesuatu yang sebenarnya sangat saya impikan sebagai guru dan sudah lama saya coba lupakan.

Pernyataan itu berbunyi “Aku dipanggil Diklat PKB mtk. Tadi liat nama pak Cecep Gaos jga masuk cadangan”. Sontak saya pun kaget lalu merespon pernyataan itu dengan bertanya “Liatnya dmn bu? Boleh dishare?” Kemudian teman saya itu menjawab “Tadi ditampilin di layar. Ada 10 orang yang masuk cadangan. Temasuk aku dan pak Cecep. Aku ditelp panitia disuruh datang. Bapak enggak? Enggak atau ga kejawab” Lalu saya kembali bertanya “Kapan dihubunginya?” Teman saya itu pun menjawab “Senin pagi. Aku lgsg berangkat” dengan diakhri dua emot malu. Dan dilanjutkan dengan kalimat “Numpak sepur...” dengan diakhiri satu emot tertawa hehe. 

Potongan percakapan saya dengan teman lewat WA. Tangkapan layar HP saya
Potongan percakapan saya dengan teman lewat WA. Tangkapan layar HP saya
Mendengar balasan itu, pikiran saya langsung terbang ke hari Senin kemarin. Saya mencoba mengingat-ingat lagi aktivitas saya di hari Senin itu. Lalu saya teringat di pagi hari di kantor ketika saya mengerjakan sesuatu di laptop ada sebuah panggilan telepon dengan nomor tak dikenal masuk ke HP saya yang waktu itu dalam posisi silent mode. Entah karena saya sedang asik atau saking sibuknya melakukan aktivitas itu atau entah karena apa, saya hanya melirik HP saya yang bergetar dan bercahaya itu tanpa mengangkatnya. Dan lebih menyesalnya lagi saya waktu itu tidak sempat menelepon balik atau bahkan mengirim pesan untuk menanyakan identitas si penelepon. Ahirnya saya mengambil kesimpulan sementara “Oh benar ini dia rupanya”, gumam saya dalam hati.

Perlu diketahui bahwa diklat PKB mtk adalah diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di bidang Matematika yang diselenggarakan oleh P4TK Matematika yang seleksinya sudah dilaksanakan pada bulan Maret yang lalu. Seluruh calon peserta diwajibkan untuk mengirimkan rencana produk atau karya ilmiah dalam bidang Matematika. Diklat ini diselenggarakan dengan pola in-on-in. Penjelasan lebih detil diklat ini sila baca DISINI. Oh iya waktu itu saya mengirim rencana produk karya inovatif dengan judul “Vismatics

Setelah ingat kejadian itu, lalu saya merespon lagi “Oo pantesan waktu itu ada telepon masuk,,tpi gak keangkat”. Temen saya itu lalu merespon “Oh..iya brrti Pak Cecep  jga dikontak”. Lalu saya bertanya “Sekarang udah hari ke2 ya bu?” Ia pun menjawab “Blm rejeki pak Cecep brrti. Iya, hari kedua...” Percakapan lewat pesan WA tersebut terus berlanjut sampai pada akhirnya temen saya itu memberi tahu bahwa dia mempunyai no telepon panitianya. Lalu saya pun memintanya. Tak menunggu lama saya langsung menghubungi salah seorang panitia yang mempunyai nomor tersebut untuk memastikan apakah waktu itu saya adalah salah satu calon peserta cadangan yang dihubungi atau bukan.  

Singkat kata, dari percakapan dengan salah seorang panitia tersebut terungkaplah bahwa memang benar saya termasuk yang dihubungi untuk menggantikan peserta lolos seleksi yang berhalangan hadir. Dia mengatakan bahwa dia sudah menelepon saya untuk memberi tahu tentang ini, tapi waktu itu teleponnya tidak diangkat. Sehingga akhirnya dia menelepon peserta cadangan urutan berikutnya untuk menggantikan.

Sungguh sangat menyesal sebenarnya kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan kompetensi ini harus lepas dari genggaman tangan hanya gara-gara saya tidak sempat mengangkat telepon. Namun demikian, saya tetap berpikiran positif. Semua ini pasti ada hikmah di baliknya.

Dari kejadian ini ada beberapa pelajaran yang (minimal) bisa saya ambil. Yang pertama jangan menyepelekan sesuatu apapun itu sekecil apapun itu. Yang kedua kesempatan tidak akan datang dua kali. Oleh karena itu, ambillah bila kesempatan baik menghampiri kita. Yang ketiga tetaplah berpikiran positif tehadap sesuatu yang menimpa diri kita, sepahit apapun itu. Semuanya pasti ada hikmahnya. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun