Tadi malam, sejenak angin menghampiriku. Dengan terbata-terbata membisikkanku, akan berpulangnya seorang kekasih Allah Sang Penguasa Alam. Sambil membawa secangkir air mata, dan sekeranjang kesedihan yang teramat mendalam. Â
Hari ini, semenjak tadi pagi, hujan terus-menerus menangisi kepergiannya. Ia tak sedetikpun menghentikan tetesan air matanya. Seakan kesedihan hati terus menyayat kelopak matanya.
Sesekali ia mereda. Tetapi tak lama, ia mengeraskan lagi tangisannya. Seakan kesedihan itu enggan pergi, bersama aliran air mata yang terus menyusuri pelosok negeri.
Lalu di pertengahan hari, hujan mulai meredakan tangisannya. Ia pun mulai mengusap kedua pipinya dari deraian air mata. Seakan ia telah menyadari bahwa setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepadaNya. Ia pun akhirnya menghentikan tangisannya, seraya memanjatkan doa, akan kebahagiaan sang kekasih Allah di surgaNya.
#CG @Karawang, 25-06-2018
*Puisi ini kupersembahkan sebagai doa akan berpulangnya Ustaz Hari Moekti ke haribaan Ilahi Rabbi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H