Seorang penulis sedang meratapi tulisannya. Tentang kesedihan dan keputusasaan. Yang terlanjur ia tulis di atas pusara ibunya. Yang baru saja meninggalkannya.
Diksi tentang kesedihan telah ia pilihkan, tuk menggambarkan betapa terpukulnya hati. Kalimat tentang keputusasaan telah ia rangkai, tuk menceritakan betapa hancurnya jiwa.
Dunia bagai tak lagi ada. Kehidupan seperti tak lagi berharga. Semuanya seakan sirna, bersama perginya sang Ibu tercinta.
Dalam kesedihan ia menatap pena yang terlihat ikut merana. Dalam keputusasaan ia memandang kertas putih yang tampak ikut bersedih.
Hatinya tiba-tiba terperanjat. Jiwanya seketika kembali teringat. Akan sebuah janji yang pernah ia ikat. Pada sebuah pertemuan batin yang disaksikan para malaikat.
Ia baru tersadar. Hampir saja ia kehilangan nalar, yang selama ini menjalar. Ia mempunyai janji hati tuk terus ia tebar.
Janji hati yang membuat ia tetap tegar. Janji hati yang menjadikan ia terus bersabar. Janji hati tuk terus memegang teguh hal-hal yang benar.
#CG @Karawang, 24-12-2017