Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Karawang di Ujung Mata Elang

2 November 2017   11:13 Diperbarui: 2 November 2017   11:24 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu...

Ketika ku terbang melayang di angkasa, ku lihat hamparan sawah menghijau dan menguning. Terbentang dari ujung Timur hingga ujung Barat. Terhampar dari sisi selatan hingga sisi utara.

Lalu...

Ketika ku lelah terbang, ku coba turuni ketinggian. Ku tunggangi awan, tanpa mampu melawan. Ku kekang angin, yang hanya bisa tersenyum dingin. Hingga akhirnya ku berada di antara dahan-dahan pohon yang kokoh.

Kini...

Ketika ku terbang melayang di cakrawala, hijau dan kuningnya sawah tak bisa lagi ku pandang terbentang dan terhampar utuh. Jelaga hitam jalanan telah menggeser keindahan sawah-sawah.

Lalu...

Ketika ku lelah terbang, ku coba turuni ketinggian tuk sekedar berpijak tuk melepas lelah. Tak bisa lagi ku temukan dahan-dahan kuat. Yang ku temukan cakaran gedung-gedung kokoh pencakar langit.

Ketika ku hirup udara langit, dadaku terasa sakit hingga menjerit. Semburan asap-asap pekat ribuan kendaraaan dan industri, telah menusuk-nusuk awan hingga putihnya perlahan memudar.

#CG @Karawang, 02-11-2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun